REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) bekerjasama dengan Al-Ittifaq meluncurkan program Agrobisnis Santripreneur Baznas di Kantor Baznas RI pada Rabu (8/5/2024). Program tersebut ditujukan untuk menciptakan model pengusaha agrobisnis dari kalangan santri yang mustahik agar menjadi muzakki atau menjadi berdaya secara ekonomi. Tahap pertama program tersebut untuk 100 santri di Jawa Barat.
Ketua Baznas RI, Prof KH Noor Achmad mengatakan, mengamati lembaga kesialaman misalnya yang bergerak di bidang pendidikan, ada beberapa tantangan yang mereka hadapi. Di antaranya tantangan menggabungkan ilmu keislaman dengan ilmu terapan.
"Al-Ittifaq mencoba menggabungkan ilmu keislaman dengan beberapa keilmuan," kata Kiai Noor saat pidato peluncuran program Agrobisnis Santripreneur Baznas di Kantor Baznas RI, Rabu (8/5/2024).
Kiai Noor mengatakan, Al-Ittifaq mengajari ilmu imamah atau kepemimpinan untuk sebuah perusahaan dan kegiatan dalang ruang lingkup yang lebih kecil. Al-Ittifaq juga mengajari ilmu menjadi entrepreneur atau pengusaha. Maka Baznas berharap yang dilakukan Baznas bersama Al-Ittifaq menjadikan santri yang dapat dijadikan contoh dalam kegiatan bisnis.
Pimpinan Baznas RI, Saidah Sakwan mengatakan, program santripreneur kali ini akan konsentrasi kepada bidang agrobisnis. Sebagaimana diketahui program ini adalah pemberdayaan UMKM untuk mustahik dari kalangan alumni pesantren dan santri senior di pesantren.
"Jadi kriteria utamanya adalah keluarga besar santri atau pesantren, kita (Baznas dan Al-Ittifaq) ingin santri menjadi produktif, inovatif, tangguh, mandiri secara ekonomi sesuai dengan syariah," ujar Saidah.
Saidah menjelaskan bahwa Al-Ittifaq akan menjadi mitra utama Baznas dalam program Agrobisnis Santripreneur. Terutama di bidang pelatihan dan pendampingan.
Saidah menegaskan, tujuan utama program Agrobisnis Santripreneur melahirkan pengusaha yang unggul dan dapat diandalkan sebagai rol model bagi santri. Jadi santri kalau tidak tafaqquh fiddin, maka santri harus jadi pengusaha.
"Nah, program santripreneur untuk menjawab tantangan itu," ujar Saidah.
Saidah menambahkan, program santripreneur bertujuan untuk pengembangan usaha santri. Jadi kalau ada santri yang punya usaha akan ditingkatkan kemampuan usahanya, bagi yang belum punya usaha akan menjadi pengusaha baru dalam sektor agrobisnis. Tujuan lainnya menciptakan ekosistem santripreneur yang saling berintegrasi demi terwujudnya jaringan koperasi yang kokoh.
Di tempat yang sama, CEO Kopontren Al-Ittifaq, Setia Irawan mengatakan, pesantren tidak hanya sebagai lembaga pendidikan dan dakwah. Tapi pesantren sebagai lembaga pengembangan ekonomi sosial masyarakat setempat.
Ia menjelaskan, ada tiga kebaikan di pesantren. Pertama, keimanan dan ketakwaan terhadap Allah SWT. Kedua, pengembangan keilmuan yang bermanfaat. Ketiga, pengabdian terhadap agama dan masyarakat.
"Sering guru-guru kita para kiai di pondok pesantren sering mengatakan bahwa sebaik-baik manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi manusia yang lain, jadi santri kalau tidak menjadi ulama dan tidak menjadi kiai maka menjadi seorang pengusaha itu adalah menjadi satu pilihan," jelas Irawan.
Irawan menjelaskan bahwa tidak semua alumni pesantren jadi kiai semua, hanya sedikit yang menjadi kiai. Maka santri kalau tidak dibekali dengan ilmu menjadi pengusaha, apa artinya santri.
Irawan menceritakan, tiga tahun yang lalu Al Ittifaq bergerak di sektor pertanian tapi terkendala dengan pupuk yang sangat mahal. Kemudian Baznas lewat program ternak domba menjawab tantangan yang dihadapi Al-Ittifaq.
"Alhamdulillah tujuh kelompok ternak di Al-Ittifaq sekarang merangkap menjadi tujuh kelompok tani, kalau dulu untuk budidaya sayuran harus beli pupuk, sekarang kebutuhan pupuk organik sudah bisa terpenuhi (dari hasil ternak domba)," jelas Irawan.