SEKITARKALTIM, REPUBLIKA NETWORK – Pembantaian Israel terhadap warga Palestina terus berlanjut. Bahkan, Israel kembali menjatuhkan selebaran yang memerintahkan para pengungsi dan penduduk Rafah mengungsi.
Menurut Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB (UNWRA) untuk pengungsi Palestina, setiap jamnya ada sekitar 200 warga Palestina yang terpaksa mengungsi dari Rafah.
PBB memperikirakan ada sekitar 1,2 juta warga Palestina yang mengungsi di Rafah, selatan Gaza. Sampai kini kondisi warga sangat memprihatinkan.
“Kelaparan besar-besaran di bagian utara Gaza telah menyebar ke bagian selatan,” ujar Kepala World Food Programme, Cindy McCain, dikutip dari Middle East Eye, Jumat (10/5/2024).
Paramedis dan aktivis kemanusiaan yang melaporkan dari Gaza mengatakan memindahkan pengungsi dari Rafah seperti permintaan Israel termasuk sesuatu yang muskil. Apalagi mereka dilanda kelaparan, bahkan sistem transportasi dan layanan kesehatan berhenti total.
“Anak-anak dan orangtua sangat kelaparan, sehingga mereka hampir tidak bisa berjalan. Orang-orang ini tidak bisa begitu saja pindah ke daerah lain, ke tempat yang disebut zona aman. Itu mustahil,” tegas delegasi Save the Children, Alexandra Saieh.
Para aktivis kemanusiaan menyatakan tidak ada daerah yang aman di Jalur Gaza untuk relokasi. Saieh memastikan daerah zona aman yang disebut Israel, sebagai kebohongan.
Para aktivis juga menegaskan sulitnya mendistribusikan bantuan ke Gaza. Penyeberangan Rafah dan Kerem Shalom, yang dilalui sebagian besar bantuan, telah ditutup.
Jalan-jalan di Gaza sebagian besar hancur atau terblokir oleh padatnya pengungsi. Akibatnya, pergerakan orang dan barang amat terbatas. Hanya sejumlah kecil rute, terutama antara utara dan selatan, yang tersedia untuk keperluan kemanusiaan, jelas Jeremy Konyndyk dari Refugees International.
Saieh mengatakan timnya membutuhkan enam minggu dan telah empat kali gagal saat memindahkan ratusan paket makanan dari Rafah ke utara Gaza.
Mila