REPUBLIKA.CO.ID, Menyusuri Dashilan Street yang berada di Beijing serasa memasuki lorong waktu. Jejeran bangunan dan toko-toko tua seolah membawa saya kembali ke era pra-modern Cina. Karena keunikannya, saat ini Dashilan Street merupakan salah satu destinasi wisata favorit, tidak hanya bagi turis asing, tapi juga warga lokal dari provinsi lain yang tengah berkunjung ke Beijing.
Saya berkunjung ke Dashilan Street pada Kamis (9/5/2024). Saya datang ke sana bersama para jurnalis dari Asia-Pasifik dan Afrika yang tengah mengikuti program China International Press Center (CIPC) 2024. Salah satu tujuan program tersebut adalah mengenalkan Cina lebih dekat kepada para jurnalis dari berbagai negara.
Ketika tiba di Dashilan Street, jejeran bangunan tradisional Cina menyambut kami. Didampingi seorang pemandu, kami pun diajak menyusuri Dashilan Street. Karena terdiri dari gang-gang (hutong), area tersebut hanya bisa dieksplorasi dengan berjalan kaki.
Namun sepeda dan kendaraan lain memang tidak diperbolehkan memasuki Dashilan Street. Dashilan Street terletak di sebelah selatan Tiananmen Square, yakni alun-alun ikonik di Negeri Tirai Bambu. Dashilan merupakan salah satu pusat komersial tertua di Cina. Aktivitas perdagangan di sana sudah berlangsung sekitar 600 tahun.
Dashilan Street berasal dari Dinasti Yuan (1271-1368 Masehi) dan selesai dibangun pada era Dinasti Ming (1368-1644 Masehi). Pada masa Dinasti Qing (1644-1911 Masehi) dan seterusnya, kegiatan perekonomian dan perdagangan semakin sibuk di sana.
Nama Dashilan berasal dari gerbang besar yang dibangun di kedua ujung jalan tersebut pada masa Dinasti Qing. Pembangunan gerbang tersebut bertujuan mencegah kejahatan jalanan di malam hari serta sebagai perlindungan terhadap kerusuhan masyarakat Han setempat melawan Qing.
Jika menyusuri Dashilan Street, Anda akan menemukan beragam toko, restoran, dan kafe. Beberapa di antaranya merupakan toko tua yang telah bertahan selama lebih dari 100 tahun. Salah satu toko tua yang masih eksis di Dashilan Street adalah Ma Ju Yuan. Ma Ju Yuan adalah toko topi yang sudah beroperasi selama lebih dari 185 tahun.
Pada era Dinasti Qing, toko Ma Ju Yuan biasa membuat topi untuk pejabat-pejabat pemerintah. Tak heran, pada masanya, topi buatan Ma Ju Yuan menjadi simbol status sosial. Masyarakat biasa kerap membeli dan menggunakan topi Ma Ju Yuan untuk memamerkan kekayaan mereka.
Toko tua lain yang masih bertahan di Dashilan Street adalah Nei Lian Sheng. Toko sepatu tersebut sudah masuk dalam daftar Warisan Budaya Tak Benda tingkat negara pada 2008. Saya dan para jurnalis peserta program CIPC juga sempat diajak mengunjungi Rui Fu Xiang, yakni toko sutra tua dan terkenal di Dashilan Street.
Dulu terdapat delapan toko sutra kuno dengan nama 'Xiang' (yang berarti keberuntungan) di Dashilan Street. Namun kini hanya Rui Fu Xiang yang masih bertahan. Saat berada di Rui Fu Xiang, saya dan para jurnalis lainnya berkesempatan melihat proses pembuatan selimut dari bahan sutra.
Kebanyakan produk di Rui Fu Xiang, mulai dari baju tradisional Cina hingga syal, merupakan handmade. Hal itu yang membuat produk-produk Rui Fu Xiang memiliki harga cukup tinggi. Untuk sebuah syal, misalnya, harga yang ditawarkan dimulai dari 700 atau 800 yuan atau sekitar Rp1,5 juta.
Harganya bisa jauh lebih mahal, tergantung motif dan kualitas sutranya. Kemudian untuk jas dengan motif Cina tradisional, harganya dibuka dari sekitar 1.800-2.000 yuan atau sekitar dua juta rupiah.
Meski sudah berusia hampir enam abad, bangunan-bangunan tua di Dashilan Street tetap terjaga dan terawat. Selama menyusuri jalanan tersebut, saya tak melihat ada gedung yang terbengkalai. Pada 2007-2008, Pemerintah Cina melakukan renovasi intensif terhadap terhadap area, termasuk gedung-gedung, di Dashilan Street. Proses yang berlangsung selama lebih dari setahun itu menelan biaya 93 juta yuan.
Karena orisinalitas dan kondisi bangunan-bangunannya tetap terjaga, banyak turis, baik domestik maupun mancanegara, tertarik untuk mengunjungi Dashilan Street. Sekitar 150-160 ribu orang berkunjung ke Dashilan Street setiap harinya. Jika akhir pekan atau hari libur nasional, jumlah pengunjung bahkan dapat menyentuh angka 200 ribu orang.