REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengatakan jenis keanekaragaman hayati Indonesia akan terus bertambah. Alasannya, masih ada lokasi yang belum dieksplorasi secara menyeluruh.
"Kita tiap tahun juga melakukan eksplorasi ke tempat-tempat yang kita sebut sebagai blind spot jadi lokasi-lokasi yang memiliki keanekaragaman hayati tapi datanya belum lengkap atau belum banyak dilakukan eksplorasi," kata Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) KLHK Satyawan Pudyatmoko, Rabu (15/5/2024).
Dia menjelaskan, untuk saat ini, berdasarkan data Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) per 2023, terdapat 22 tipe ekosistem dan 75 vegetasi di Indonesia.
Di dalamnnya hidup berbagai flora dan fauna yang beragam. Contohnya termasuk 1.821 spesies burung, 786 spesies mamalia, 66.361 spesies serangga, 3.478 spesies ikan, 1.639 spesies pakis, 24.995 spesies angiospermae atau tumbuhan berbunga, 871 spesies fungi dan 75 spesies mangrove.
Untuk kupu-kupu, Indonesia memiliki 10 persen dari total jenis fauna dunia. Sementara untuk spesies burung, mamalia serta reptil memiliki endemisitas tertinggi di dunia.
"Jumlah jenis itu saya yakin akan selalu bertambah. Kita beberapa waktu lalu selalu mengadakan launching temuan-temuan spesies baru dan itu menunjukkan bahwa keanekaragaman hayati di Indonesia itu belum tuntas dieksplorasi," ujar Satyawan.
Tidak hanya jenis keanekaragaman hayati yang belum selesai dieksplorasi, katanya, manfaat dari masing-masing jenis tersebut juga belum terungkap seluruhnya. Dia menyebut, semakin banyak jenis tumbuhan baru yang ditemukan, dengan spesies satwa masih perlu eksplorasi lebih dalam.
Satyawan memastikan akan meningkatkan upaya eksplorasi dan mengidentifikasi spesies yang hidup di Indonesia.