REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jihad kerap dipahami sebagai sempit berupa upaya yang 'berdarah-darah', bahkan sampai mengorbankan nyawa untuk menggapai suatu tujuan yang destruktif.
Apakah benar demikian? Apa makna jihad sesungguhnya?
Menurut Ustazah Oki Setiana Dewi, jihad fi sabilillah bukan berarti berjuang dalam medan perang saja. Melainkan, berjuang di setiap kehidupannya merupakan bentuk dari berjuang dengan sungguh-sungguh.
Apa itu jihad fi sabilillah? Yaitu berjuang, engkau sedang berjuang dengan bersungguh-sungguh di jalan Allah subhanahu wa ta’ala.
Suatu ketika Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersama dengan para sahabat dan bertemu dengan seorang pemuda yang badannya kekar dan membelah kayu bakar.
Kemudian, para sahabat berkata kepada Nabi Muhammad: “Ya Rasulullah, sayang sekali ya tenaganya digunakan untuk membelah kayu bakar saja, padahal dia bisa berperang dengan kita,”
Kemudian kata Rasulullah: “Jangan engkau berkata seperti itu! Jangan kalian semua berkata seperti itu! Sesungguhnya kalau dia bekerja untuk menghindarkan dirinya dari meminta-minta, dari mengemis, berarti dia sedang berjuang di jalan Allah subhanahu wa ta’ala.”
Jangan kalian sangka berjuang di jalan Allah cuman di medan perang di masa itu. Berjuang di jalan Allah adalah dengan berusaha menggunakan tanganmu sendiri untuk tidak meminta-minta.
Kemudian Rasulullah katakan: “Kalau dia bekerja untuk membantu perekonomian keluarganya, untuk membantu kedua orang tuanya, dia sedang berjuang di jalan Allah subhanahu wa ta’ala. Kalau dia bekerja dengan tangannya sendiri untuk menghidupi keluarganya, anak-anaknya, keluarga lainnya yang mungkin lemah, dia sedang berjuang di jalan Allah subhanahu wa ta’ala.”