REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir menyampaikan pidato di momen Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) pada 20 Mei 2024. Dalam pidatonya, Haedar berpesan bangsa Indonesia saat ini harus belajar dari para pahlawan mempertahankan kedaulatan Indonesia, maka jangan menggadaikan atau menjual Indonesia demi kepentingan kelompok sendiri.
Haedar mengatakan, para penyelenggara negara serta seluruh elite bangsa penting memiliki kesadaran dan komitmen tinggi akan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai wujud dari kemerdekaan yang sejati di dunia nyata.
"Jangan sampai kedaulatan Indonesia tergerus sistematik oleh kepentingan ekonomi politik dan legasi apapun yang serampangan dan berakibat buruk mengorbankan kepentingan Indonesia," kata Haedar saat menyampaikan Pidato Kebangsaan di Hari Kebangkitan Nasional, Senin (20/5/2024).
Haedar menyampaikan, Sukarno melalui Trisakti mendeklarasikan Indonesia sebagai negara dan bangsa yang berdaulat secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan. Sukarno, Mohammad Hatta dan para pendiri bangsa sangat berkomitmen pada tegaknya kedaulatan Indonesia secara substansial dan nyata.
Para pejuang dan pendiri Indonesia di masa lalu menyadari betul pentingnya kemerdekaan dan kedaulatan. Karena merasakan dengan getir hidup dijajah yang segalanya tergantung kepada pihak asing yang mengeruk seluruh kekayaan Tanah Air dan menindas rakyat Indonesia dengan kejam.
"Kita mencatat bagaimana Jenderal Soedirman dan Insinyur Djuanda berkhidmat menegakkan kedaulatan Indonesia melalui perjuangan nyata," ujar Haedar.
Haedar mengatakan Jenderal Soedirman bersama seluruh kekuatan rakyat harus gerilya mempertahankan kedaulatan Indonesia dalam keadaan yang penuh penderitaan. Tokoh perang gerilya dan bapak TNI ini memberi pelajaran sejarah yang sangat berharga bahwa tidak boleh sejengkal tanah pun di Republik Indonesia ini dikuasai asing atau siapapun. Pertaruhannya nyawa dirinya dan jiwa seluruh rakyat yang rela berkorban demi Indonesia.
"Para patriot sejati Indonesia itu sebetulnya nirpamrih, memberi untuk kedaulatan Indonesia," ujar Haedar.
Haedar menerangkan, bangsa ini juga mengenang Insinyur Djuanda dengan deklarasi 1957 bahwa laut merupakan satu kesatuan yang utuh dari wilayah Indonesia. Deklarasi Djuanda itulah sebagai titik pangkal kesatuan negara kepulauan yang diakui konvensi hukum laut internasional, The United Nations Convention on the Law of the Sea.
"Karenanya Tanah Air Indonesia kembali utuh sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), setelah (sebelumnya) dipisah-pisah oleh Belanda waktu itu yang ingin kembali menduduki negeri tercinta," kata Haedar.
Haedar mengatakan, Sukarno, Mohammad Hatta, Soedirman dan Djuanda keempatnya lekat dengan Muhammadiyah. Haedar menegaskan bangsa Indonesia saat ini harus belajar berkomitmen sekaligus memiliki tanggung jawab bagaimana mempertahankan kedaulatan.
"Para elite negarawan itu mengutamakan kepentingan Indonesia di atas segalanya, jauh dari sifat tercela yakni mengambil, menggadaikan apalagi menjual Indonesia demi ambisi dan kepentingan diri, kroni dan kelompok sendiri," ujar Haedar.
Haedar menegaskan, apabila ada sejengkal Tanah Air, pulau dan kekayaan berharga di bumi Indonesia ini dilepas, digadaikan, diserahkan dan dijual kepada pihak lain, secara langsung maupun tidak langsung, di dalam maupun di luar negeri atas nama apapun. Maka semua itu merupakan bentuk lepasnya kedaulatan Indonesia.