Rabu 22 May 2024 08:23 WIB

Bangun Kemampuan Literasi dan Numerasi Anak? Orang Tua dan Guru Bisa Lakukan Ini

Anak dapat mulai membaca dengan gambar.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Friska Yolandha
Praktisi berbagi tips literasi dan numerasi pada anak.
Foto: ANTARA/Arif Firmansyah
Praktisi berbagi tips literasi dan numerasi pada anak.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Praktisi Pendidikan Galih Sulistyaningra mengatakan, kemampuan literasi dan numerasi lebih luas dari sekadar baca, tulis, dan hitung (calistung). Kemampuan dasar literasi dan numerasi itu bukan hanya berbicara soal angka dan huruf, tapi bagaimana mengerti dan memahami. Kemampuan literasi dan numerasi bahkan seharusnya menjadi pondasi sebelum anak calistung.

“Sebelum calistung, ada yang namanya ‘pra’. Seperti bagaimana caranya duduk yang benar, itu masuk dalam ‘pra’ membaca, menulis dan berhitung. Kemudian anak dikenalkan terhadap huruf dan kata-kata,” jelas Galih dalam siaran pers, Rabu (22/5/2024).

Baca Juga

Dia pun berbagi tips bagi orang tua yang ingin mulai memupuk kemampuan literasi anak-anak sejak dini melalui kemampuan memahami. Menurut dia, ada hal yang disebut sebagai ‘kesadaran cetak’ yang bisa mulai dari simbol atau gambar.

“Tipsnya, memulai dengan membaca gambar. Walaupun ada tulisannya, tapi membaca gambar. Kita bisa mulai dari gambar. Untuk buku anak usia dini, gambar lebih besar dan perlu bercerita,” ujar dia.

Sementara di sisi kemampuan numerasi, Galih melanjutkan, numerasi masih diasosiasikan dengan kemampuan matematis yang kompleks. Padahal numerasi bisa didorong dengan sebuah teknik bernama ‘one to one correspondence’.

“Jangan hanya mengajarkan simbol angka. Kita harus ajarkan dengan benda konkret. ‘Satu’ itu satu benda, ‘dua’ itu dua benda. Sehingga anak terbiasa, jika angka semakin besar, maka jumlah semakin banyak,” kata Galih. 

Kemudian, dia menyebutkan, kemampuan literasi dan numerasi memang harus dibangun tidak hanya dengan belajar membaca huruf, tapi juga melalui keterampilan melihat, mendengar, berbicara, dan menulis. Semua itu dapat dibangun melalui interaksi yang intens dengan guru maupun orang tua di rumah. Sehingga, dibutuhkan keterlibatan yang solid dari guru dan orang tua.

Salah satu fenomena yang banyak terjadi adalah keberadaan Pojok Baca yang seringkali hanya efektif menarik minat murid beberapa minggu saja, setelah itu ditinggalkan. Menurut dia, jika mau berkelanjutan, maka harus memanfaatkan buku fisik dan digital yang lebih banyak pilihan, yang sekarang banyak platform yang menyediakan buku-buku gratis.

Misalnya, Kemendikbudristek menyediakan berbagai buku digital di platform Sistem Informasi Perbukuan Indonesia (SIBI) yang bisa diakses gratis oleh murid maupun guru. Sementara untuk buku-buku bacaan berbahasa Inggris, terdapat platform penyedia bacaan gratis seperti Letsreadasia.org.

Sementara untuk peningkatan kemampuan numerasi, perlu skema pengajaran numerasi yang mengasyikkan, sehingga siswa tidak takut atau bahkan bisa menikmati pelajaran matematika. Salah satu inisiatif Kemendikbudristek dan Tanoto Foundation adalah mengembangkan skema sistem Guru Kreatif Matematika Asyik (Gureametiks).

Upaya meningkatkan kemampuan literasi dan numerasi menjadi penting karenea melihat Education Landscape Study yang dijalankan oleh CIPS pada periode 2017-2023. Dari sana terlihat, salah satu permasalahan fundamental terkait sulitnya menaikkan capaian literasi dan numerasi siswa di sekolah dasar adalah cara mengajar guru yang belum mampu menangkap esensi literasi dan numerasi. 

Studi ‘Ada Apa dengan Numerasi di Indonesia (2024)’ bahkan menemukan beberapa fakta bahwa 75 persen guru ternyata kesulitan menghubungkan numerasi dengan dunia nyata. Selain itu, 59 persen sekolah tidak memiliki program numerasi yang terstruktur.

Krusialnya kemampuan literasi dan numerasi sudah menjadi salah satu fokus Tanoto Foundation melalui program PINTAR. Melalui Program PINTAR (Pengembangan Inovasi untuk Kualitas Pembelajaran), Tanoto Foundation berupaya meningkatkan pendidikan dasar di Indonesia.

 

Dapat mengunjungi Baitullah merupakan sebuah kebahagiaan bagi setiap Umat Muslim. Dalam satu tahun terakhir, berapa kali Sobat Republika melaksanakan Umroh?

  • 1 kali
  • 2 kali
  • 3 kali
  • 4 kali
  • Lebih dari 5 kali
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement