Rabu 22 May 2024 18:48 WIB

Skandal Darah Terkontaminasi di Inggris Disorot Lagi, PM Inggris Minta Maaf

Ribuan pasien dikabarkan terpapar infeksi setelah dapat darah terkontaminasi.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Qommarria Rostanti
Darah terkontaminasi (ilustrasi). Skandal darah terkontaminasi di Inggris bermula pada 1970-an.
Foto: www.freepik.com
Darah terkontaminasi (ilustrasi). Skandal darah terkontaminasi di Inggris bermula pada 1970-an.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Inggris dan layanan kesehatan publik mereka, National Health Service, disebut telah menyebabkan ribuan pasien terpapar infeksi mematikan setelah menerima darah dan produk darah yang terkontaminasi. Temuan ini terungkap dalam laporan akhir penyelidikan yang dipublikasikan pada Senin (20/5/2024).

Skandal ini bermula pada 1970-an, ketika sebuah terapi pengobatan baru muncul untuk pasien hemofilia dan gangguan serupa. Terapi pengobatan ini menggunakan plasma darah manusia sebagai pengganti agen pembekuan darah. Sayangnya, plasma darah yang digunakan untuk terapi ini berasal dari darah yang telah terinfeksi atau terkontaminasi.

Baca Juga

Setelah menjalani terapi ini, sekitar 1.250 pasien terkena HIV dan hepatitis C sekaligus. Sebanyak 380 pasien di antaranya merupakan pasien anak-anak. Sekitar dua pertiga pasien yang terkena HIV dan hepatitis C akhirnya meninggal dunia akibat penyakit terkait AIDS. Sebagian pasien yang terkena HIV juga tanpa sadar menularkan virus tersebut kepada pasangan mereka.

Selain itu, sekitar 2.400-5.000 pasien diketahui terkena hepatitis C tanpa HIV setelah menjalani terapi dengan darah terkontaminasi. Banyak dari pasien ini yang mengalami sirosis dan kanker hati setelah terkena hepatitis C.