Jumat 24 May 2024 07:46 WIB

Semua Pendonor Uni Eropa akan Kembali Danai UNRWA

Israel mengklaim 12 pegawai UNRWA terlibat serangan mendadak Hamas 7 Oktober lalu.

Rep: Lintar Satria/ Red: Indira Rezkisari
Papan di depan gerbang masuk United Nations Relief and Works Agency (UNWRA) untuk pengungsi Palestina di kantor Yerussalem.
Foto: EPA-EFE/ABIR SULTAN
Papan di depan gerbang masuk United Nations Relief and Works Agency (UNWRA) untuk pengungsi Palestina di kantor Yerussalem.

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell memuji inisiatif Misi Permanen Slovenia di PBB untuk mendukung badan bantuan pengungsi PBB untuk Palestina (UNRWA). Lembaga yang sangat penting dalam menyalurkan bantuan ke warga Palestina.

Dikutip dari Aljazirah dalam unggahannya di media sosial X, dikutip Jumat (24/5/2024), Borrell menegaskan semua pendonor Uni Eropa akan kembali mendanai UNRWA. Pada awal tahun ini Israel mengklaim 12 pegawai UNRWA terlibat dalam serangan mendadak Hamas pada 7 Oktober lalu.

Baca Juga

Tuduhan tersebut mendorong sejumlah negara menghentikan pendanaannya pada UNRWA. Dalam peninjauan yang dilakukan mantan Menteri Luar Negeri Prancis Catherine Colonna mengungkapkan Israel gagal memberikan bukti tuduhannya tersebut.

Sementara itu pada Selasa (21/5/2024) lalu UNRWA mengatakan distribusi makanan di Kota Rafah tertahan karena kurangnya pasokan dan ketidakamanan di kota padat penduduk itu.

Di media sosial X UNRWA mengatakan hanya tujuh dari 24 pusat kesehatannya yang beroperasi dan tidak menerima pasokan medis dalam 10 hari terakhir karena "penutupan/disrupsi" di Rafah dan perbatasan Karem Abu Salem.

Situasi keamanan di Gaza semakin memburuk. Setelah Israel menduduki dan menutup perbatasan darat Rafah dengan Mesir pada awal bulan ini. Perbatasan yang menjadi pintu masuk utama bantuan kemanusiaan yang dapat menyelamatkan nyawa sudah ditutup sejak 7 Mei lalu.

Pada Dewan Keamanan PBB Senin (20/5/2025) lalu Direktur Divisi Operasional dan Advokasi Badan Kemanusiaan PBB (OCHA) Edem Wosornu mengatakan pasokan bantuan kemanusiaan dan bahan bakar untuk membawanya ke Gaza tidak cukup.

"Kami kehabisan kata-kata untuk menggambarkan apa yang terjadi di Gaza, kami sudah menggambarkannya sebagai bencana, mimpi buruk, neraka di dunia, dan itu semua itu yang terjadi di Gaza bahkan lebih buruk lagi," katanya.

Ia mengatakan penutupan perbatasan Rafah dari Mesir menghentikan pengiriman 82 ribu ton pasokan bantuan. Sementara pengiriman bantuan lewat perbatasan Karem Abu Salem terbatas karena "pertempuran, tantangan kondisi logistik, dan prosedur koordinasi rumit" yang ditetapkan Israel.

PBB memperingatkan akan segera terjadi kelaparan di Gaza utara. Wosornu mengatakan perbatasan Erez ditutup sejak 9 Mei dan perbatasan Erez Barat yang baru dibuka "kini digunakan untuk pengiriman bantuan dalam jumlah yang terbatas, tapi kini (Israel juga memberikan) perintah evakuasi di daerah sekitar perbatasan."

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement