REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Dalam rukun Islam, sholat menempati urutan kedua setelah syahadat. Berbeda dengan wahyu-wahyu yang lain, yang selalu melalui perantara Malaikat Jibril, perintah sholat lima waktu langsung disampaikan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW, ketika Isra Miraj.
Ini sebagai pertanda, betapa pentingnya ibadah sholat lima waktu itu. Hukum sholat pun wajib. Ibadah ini pula yang membedakan umat Islam dari umat beragama yang lain.
Oleh karena itu, sudah seharusnya sholat lima waktu itu kita laksanakan dengan sebaik-baiknya. Dan yang lebih penting lagi, sholat itu harus kita laksanakan dengan khusyuk.
Sholat, menurut etimologi berarti doa mohon kebajikan. Dalam berdoa, kita tentu melakukannya dengan penuh kesungguhan. Sudah semestinya kita juga harus sungguh-sungguh dalam melaksanakan sholat.
Sholat itu penuh simbol dan makna, baik dalam gerakan-gerakannya maupun dalam bacaan-bacaannya, sehingga kita juga harus sungguh-sungguh memahami maknanya.
Sesungguhnya seseorang tidak mendapat pahala dari sholat yang dikerjakannya, kecuali ia dapat menghayati lafadz yang dibacanya dalam sholat.
عن أبي قتادة رضي الله عنه قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (أسوأ الناس سرقة الذي يسرق من صلاته)، قالوا: يا رسول الله، وكيف يسرق من صلاته؟ قال: لا يُتِمّ ركوعها ولا سجودها ولا خشوعه
Dari Abu Qatadah RA, Rasulullah SAW bersabda, “Seburuk-buruk pencurian manusia adalah yang mencuri dalam sholatnya.” Sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah SAW bagaimana seseorang mencuri sholatnya?” Belia bersabda, ”Yaitu dia tidak menyempurnakan rukunya, sujudnya, dan khusyunya.” (HR al-Baihaqi).
Jadi, untuk bisa khusyuk dalam sholat, pertama-tama kita memang harus tahu arti dari bacaan yang kita lafadzkan. Berikutnya, bacaan-bacaan dalam sholat itu kita hayati sepenuhnya agar makna semua bacaan-bacaan itu meresap ke dalam hati sanubari kita.
Memang, untuk bisa khusyuk dalam sholat bukanlah perkara yang mudah. Oleh karena itu, Rasulullah SAW bersabda, ''Apabila kamu berdiri melaksanakan sholat, maka hendaklah sholat seperti sholatnya orang yang hendak meninggal dunia.'' (HR Ahmad).
Menurut Al-Ghazali dalam bukunya, Ihya Ulumiddin, khusyu adalah ruhnya sholat. Sedangkan khusyuk itu adalah buah dari iman dan hasil keyakinan akan Keagungan Allah Azza Wa Jalla.
Barang siapa yang dikaruniai hal itu, maka ia akan khusyuk di dalam sholat dan di luar sholat. Karena yang menimbulkan khusyuk adalah kesadaran bahwa Allah selalu mengamati hamba-Nya di manapun dia berada.