Selasa 28 May 2024 12:06 WIB

Suhu di Pakistan Capai 52 Derajat Celsius Akibat Gelombang Panas 

Suhu ekstrem di Asia salah satunya disebabkan oleh perubahan iklim.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Friska Yolandha
Pemuda Pakistan menyejukkan diri di kanal saat cuaca panas di Lahore, Pakistan, Ahad, 26 Mei 2024.
Foto: AP Photo/K.M. Chaudary
Pemuda Pakistan menyejukkan diri di kanal saat cuaca panas di Lahore, Pakistan, Ahad, 26 Mei 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Suhu udara di provinsi Sindh, Pakistan Selatan, melonjak hingga mencapai 52 derajat Celsius, demikian laporan departemen meteorologi setempat pada Senin (27/5/2024). Ini merupakan angka tertinggi di musim panas dan mendekati rekor tertinggi, di tengah-tengah gelombang panas yang sedang berlangsung.

Suhu ekstrem di seluruh Asia selama bulan lalu memburuk kemungkinan besar sebagai akibat dari perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia. Di Mohenjo Daro, sebuah kota di Sindh yang terkenal dengan situs-situs arkeologi yang berasal dari Peradaban Lembah Indus yang dibangun pada tahun 2500 SM, suhu meningkat setinggi 52,2 derajat Celsius selama 24 jam terakhir.

Baca Juga

"Angka tersebut merupakan yang tertinggi selama musim panas sejauh ini, dan mendekati rekor tertinggi di kota dan negara ini, yaitu 53,5 derajat Celsius dan 54 derajat Celsius," kata seorang pejabat senior Departemen Meteorologi Pakistan, Shahid Abbas seperti dilansir Reuters, Selasa (28/5/2024).

Mohenjo Daro adalah kota kecil yang mengalami musim panas yang sangat terik dan musim dingin yang sejuk, serta curah hujan yang rendah. Kota ini juga memiliki pasar yang beroperasi secara terbatas, termasuk di dalamnya ada toko roti, kedai teh, bengkel, bengkel elektronik, dan penjual buah dan sayuran.

Namun setelah gelombang panas saat ini, pasar tersebut hampir tidak ada pengunjungnya.

"Pelanggan tidak datang ke restoran karena cuaca sangat panas. Saya duduk diam di restoran dengan meja dan kursi tanpa ada pengunjung," kata Wajid Ali, pemilik kedai teh di kota tersebut.

Di dekat toko Ali terdapat sebuah toko reparasi elektronik yang dikelola oleh Abdul Khaliq, yang sedang duduk bekerja dengan rana toko yang setengah tertutup untuk melindunginya dari sinar matahari. Khaliq juga mengeluhkan bahwa suhu panas mempengaruhi bisnisnya.

Dokter lokal Mushtaq Ahmed menambahkan bahwa penduduk setempat telah menyesuaikan diri dengan kondisi cuaca ekstrem dan lebih memilih untuk tinggal di dalam rumah atau di dekat air.

"Pakistan adalah negara kelima yang paling rentan terhadap dampak perubahan iklim. Kami telah menyaksikan hujan di atas normal, banjir," kata Rubina Khursheed Alam, koordinator perdana menteri untuk iklim, sekakigus menambahkan bahwa pemerintah sedang menjalankan kampanye kesadaran karena gelombang panas.

Suhu tertinggi yang tercatat di Pakistan terjadi pada tahun 2017 ketika suhu naik menjadi 54 derajat Celsius di kota Turbat, yang terletak di provinsi Balochistan. Ini adalah suhu terpanas kedua di Asia dan keempat tertinggi di dunia, kata Sardar Sarfaraz, Kepala Meteorologi di Departemen Meteorologi Pakistan

Gelombang panas akan mereda di Mohenjo Daro dan daerah sekitarnya, tetapi gelombang panas lainnya diperkirakan akan melanda daerah lain di Sindh, termasuk ibukota, Karachi - kota terbesar di Pakistan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement