Selasa 28 May 2024 19:35 WIB

Elon Musk akan Buat Komputer Super Terbesar untuk xAI

Komputer AI ini akan ditunjang oleh 100 ribu chip Nvidia.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Friska Yolandha
CEO xAI, Elon Musk, berencana untuk membangun sebuah komputer super untuk menunjang pengembangan startup kecerdasan buatan (AI) miliknya, yaitu xAI.
Foto: AP Photo/Firdia Lisnawati
CEO xAI, Elon Musk, berencana untuk membangun sebuah komputer super untuk menunjang pengembangan startup kecerdasan buatan (AI) miliknya, yaitu xAI.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- CEO xAI, Elon Musk, berencana untuk membangun sebuah komputer super untuk menunjang pengembangan startup kecerdasan buatan (AI) miliknya, yaitu xAI. Komputer super yang dijuluki sebagai "gigafactory of compute" ini akan ditunjang oleh 100 ribu chip Nvidia.

Musk menargetkan komputer super ini bisa mulai beroperasi pada musim gugur 2025, seperti dilansir AFP pada Selasa (28/5/2024). Bila terjadi keterlambatan, Musk menyatakan bahwa dirinya sendiri yang akan bertanggung jawab.

Baca Juga

Super komputer buatan Musk ini akan memiliki ukuran setidaknya empat kali lipat lebih besar dibandingkan klaster GPU terbesar yang ada saat ini. Saat ini, salah satu klaster GPU terbesar digunakan oleh Meta untuk melatih model AI mereka.

Popularitas ChatGPT dari OpenAI pada 2022 tampaknya berhasil menyulut persaingan kompetitif di antara perusahaan-perusahaan raksasa dalam mengembangkan teknologi AI. Beberapa dari perusahaan raksasa tersebut adalah Microsoft, Google, dan meta.

Tak hanya di antara perusahaan raksasa, persaingan ketat dalam mengembangkan teknologi AI juga timbul di antara perusahaan startup. Sebagian di antaranya adalah Anthropic, Stability AI, dan kini perusahaan startup milik Musk, yaitu xAI.

Saat ini, xAI diketahui sudah mengembangkan sebuah chatbot berbasis AI yang bernama Grok. Layanan Grok bisa diakses melalui platform media sosial X yang dimiliki oleh Musk.

Musk juga dikenal sebagai salah satu pendiri OpenAI pada 2015. Akan tetapi, Musk memutuskan untuk meninggalkan perusahaan tersebut pada 2018 karena merasa tidak nyaman. Ketidaknyamanan ini muncul karena Musk merasa perusahaan tersebut lebih berfokus pada keuntungan.

Musk sempat mengajukan tuntutan terhadap perusahaan yang kini dipimpin oleh CEO Sam Altman tersebut. Melalui tuntutan tersebut, Musk mengklaim bahwa OpenAI telah menyalahi misi nirlaba yang mereka sepakati di awal. Dengan begitu, penelitian terhadap AI bisa diakses oleh semua orang.

Di sisi lain, OpenAI turut memberikan pembelaan diri atas tuntutan yang diajukan oleh Musk. OpenAI menilai tuntutan Musk didasarkan pada ketidaksukaan Musk pribadi terhadap OpenAI setelah meninggalkan perusahaan tersebut. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement