Rabu 29 May 2024 09:58 WIB

Setelah Pembantaian di Rafah, AS Ngotot Israel 'Belum Melanggar Batas'

Pelabuhan mahal AS di pantai Gaza hancur dihantam ombak.

Red: Fitriyan Zamzami
Pengunjuk rasa pro-Palestina melakukan protes di luar Gedung Putih di Washington, DC, 28 Mei 2024. Mereka menilai Presiden Joe Biden Terlibat pembantaian di Rafah.
Foto: EPA-EFE/Michael Reynolds
Pengunjuk rasa pro-Palestina melakukan protes di luar Gedung Putih di Washington, DC, 28 Mei 2024. Mereka menilai Presiden Joe Biden Terlibat pembantaian di Rafah.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Pemerintahan Joe Biden terus memberikan lampu hijau atas pembantaian oleh Israel di Rafah, Jalur Gaza. Bahkan setelah serangan brutal yang menewaskan 45 warga Palestina di tenda pengungsian Tal al-Sultan pada Ahad, AS menyatakan Israel belum “melewati batas”.

Pemerintahan Biden mengatakan operasi dan serangan Israel baru-baru ini di kota Rafah di Gaza selatan bukan merupakan operasi darat besar yang melanggar “garis merah AS”. Meski mereka juga mengatakan memantau dengan cermat penyelidikan atas serangan mematikan pada Ahad yang mereka sebut “ tragis".

Baca Juga

Berbicara setelah tank-tank Israel terlihat di dekat masjid al-Awda, sebuah bangunan penting di pusat Rafah, juru bicara dewan keamanan nasional John Kirby mengatakan kepada wartawan bahwa AS tidak menutup mata terhadap penderitaan warga sipil Palestina.

photo
Seorang wanita bereaksi melihat kehancuran akibat operasi brutal tentara Israel di Rafah, Jalur Gaza selatan, 28 Mei 2024. - (EPA-EFE/Haitham Imad)

“Israel mengatakan ini adalah kesalahan yang tragis,” kata Kirby, mengacu pada serangan udara dan kebakaran di daerah yang dipenuhi tenda pengungsi yang menurut otoritas kesehatan Gaza menewaskan sedikitnya 45 orang pada Ahad.