REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pencegahan pandemi berikutnya adalah agenda prioritas bagi Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara lainnya. Sistem kesehatan tidak lagi cukup bersifat reaktif, melainkan harus lebih preventif dan efektif melalui digitalisasi. Terlebih setelah Indonesia menjabat sebagai Ketua Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) pada tahun 2023, transformasi digital kesehatan untuk mencegah pandemi berikutnya dan meningkatkan kualitas layanan kesehatan sehari-hari semakin diangkat sebagai isu kritis untuk masa depan bersama.
Dengan latar tersebut, Pijar Foundation meluncurkan kertas kebijakan (white paper) berjudul “Accelerating Southeast Asia’s Predictive Healthcare System”. Kertas kebijakan ini merupakan tindak lanjut dari program Global Future Fellows (GFF): Advancing Southeast Asia’s Predictive Healthcare yang mengumpulkan 41 peserta (strategis multi-sektor dari 6 negara Asia Tenggara pada bulan Oktober 2023 di Jakarta.
Kertas kebijakan ini berisi sejumlah rencana aksi kolaborasi dan rekomendasi kebijakan. Salah satunya adalah pengembangan ekosistem (hub) riset dan pertukaran pengetahuan terkait teknologi kesehatan berbasis AI dan keamanan data kesehatan (health data security).
Acara peluncuran kertas kebijakan ini dihadiri oleh Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Republik Indonesia, Prof. dr. Dante Saksono Harbuwono, yang menekankan pentingnya akselerasi transformasi sistem kesehatan.
"Database yang presisi dan layanan kesehatan yang didukung teknologi seperti Artificial Intelligence (AI) membuat pasien, tenaga medis, industri farmasi, peneliti, dan Pemerintah menjadi lebih mudah untuk membuat kebijakan yang lebih terintegrasi," kata Wamenkes, dikutip pada Rabu (29/5/2024).
Direktur Kebijakan Publik Pijar Foundation, Cazadira F. Tamzil, menekankan pentingnya semangat kolaborasi antar sektor dan antar negara dalam membangun sistem kesehatan yang lebih kuat. “Kolaborasi adalah kunci untuk mencegah pandemi berikutnya dan meningkatkan kualitas layanan kesehatan sehari-hari. Pandemi menyadarkan kita bahwa tantangan kesehatan sangat kompleks serta memerlukan solusi inovatif dan kolaboratif berbasis teknologi yang melibatkan sektor publik, swasta, dan masyarakat di Asia Tenggara," kata dia.
Kertas kebijakan “Accelerating Southeast Asia’s Predictive Healthcare System” disusun secara kolaboratif antara Pijar Foundation dan 41 peserta yang merupakan pemain- pemain strategis sektor kesehatan. Ada fellows dari kalangan dokter, perawat, Pemerintah, Universitas, asosiasi industri, hingga perusahaan rintisan (start-ups) dari 6 negara Asia Tenggara (Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Thailand, dan Filipina). Proses penulisan dimulai bulan Oktober 2023, dimana para fellow terlibat dalam serangkaian diskusi mendalam, pemberian materi oleh para ahli, serta kelas khusus (masterclass) di Jakarta yang mendorong lahirnya berbagai Rencana Aksi Kolaborasi.