Jumat 31 May 2024 08:02 WIB

Sampah Masih Jadi Masalah Mendasar Kualitas Destinasi Wisata

Perlu kolaborasi bersama mengatasi masalah sampah di tempat wisata.

Kegiatan bersih-bersih di Pantai Binongko, Labuan Bajo, NTT, yang dilakukan Aqua, Kemenparekraf bersama Pandawara Group, Kamis (30/5/2024).
Foto: Republika/Indira Rezkisari
Kegiatan bersih-bersih di Pantai Binongko, Labuan Bajo, NTT, yang dilakukan Aqua, Kemenparekraf bersama Pandawara Group, Kamis (30/5/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, LABUAN BAJO — Timbunan sampah merupakan salah satu masalah mendasar yang perlu diselesaikan dalam rangka meningkatkan kualitas destinasi wisata. Berdasarkan data World Population Review terdapat 4,8 juta hingga 12,7 juta ton sampah yang dibuang ke laut setiap tahun di dunia.

 

Baca Juga

Deputi Bidang Pemasaran Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Ni Made Ayu Marthini, mengatakan perlu kolaborasi seluruh pemangku kepentingan seperti pemerintah, pelaku industri pariwisata, sektor swasta, hingga pegiat lingkungan dan masyarakat untuk bersama-sama turut menjaga lingkungan melalui aktivitas mengurangi sampah. Sebagai salah satu negara dengan luas laut terbesar di dunia, masyarakat Indonesia juga diharapkan dapat meningkatkan kesadaran terhadap kelestarian lingkungan.

 

"Kita dikasih keindahan alam oleh Tuhan harus dijaga, jangan menunggu ada krisis. Mari kita jaga bersama," ujarnya.

  

Salah satu mitra Kemenparekraf dalam mewujudkan destinasi wisata yang bersih adalah perusahaan Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) Aqua. Kemarin (30/5/2024), Aqua melakukan inisiatif gerakan bersih-bersih pantai bersama pegiat lingkungan Pandawara Group yang digelar di Pantai Binongko, Labuan Bajo.

 

Staf Ahli Menparekraf Bidang Manajemen Krisis Fadjar Hutomo menekankan pentingnya tindakan pencegahan sebelum terjadinya krisis di sektor pariwisata. Menurut dia, tindakan abai terhadap kelestarian alam dapat meningkatkan risiko terjadinya bencana ekologi.

 

Ia juga memberikan apresiasi kepada Aqua sebagai mitra co-branding Wonderful Indonesia yang diinisiasi Kemenparekraf, serta Pandawara Group selaku anak-anak muda yang peduli dan konsisten dalam hal kelestarian alam. “Jangan saling tunggu, ini harus dilakukan semua. Apa yang diteladankan oleh teman-teman Pandawara ini semoga menjadi inspirasi untuk menjaga lingkungan," katanya.

 

Aqua telah mengembangkan enam unit bisnis daur ulang (RBU) dan 10 collection center, melakukan pendampingan kepada 26 Tempat Pengolahan Sampah Reuse-Reduce-Recycle (TPS3R) dan 2 TPST serta lebih dari 60 unit bank sampah, termasuk di kawasan destinasi wisata prioritas Candi Borobudur, Labuan Bajo, Danau Toba, Mandalika dan Likupang.

 

Melalui inisiatif tersebut, lebih dari 22 ribu ton sampah plastik per tahunnya berhasil dikumpulkan yang kemudian didaur ulang menjadi bahan baku kemasan botol baru ataupun produk lain yang memiliki nilai ekonomi. Khusus di Labuan Bajo, Aqua sejak tahun 2019 bekerjasama dengan mitra lokal yaitu Kole Project mendirikan Rumah Daur Ulang (Recycle Business Unit) untuk mengirimkan sekitar 20 ton/bulan sampah ke pabrik pengolahan untuk didaur ulang menjadi bahan baku, dengan melibatkan sekitar lebih dari 50 orang termasuk kalangan difabel yang mendapatkan manfaat ekonomi sirkular.

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement