Senin 03 Jun 2024 15:01 WIB

Pakar Nilai Covid-19 Berdampak Berkepanjangan pada Kondisi Perekomian Indonesia

Tantangan paling besar bagi Indonesia saat ini adalah pandemi Covid-19.

Rep: Eva Rianti/ Red: Gita Amanda
Pengunjung melihat produk UMKM yang dipajang pada Pasar Kreatif Bandung. Pakar Ekonomi Eisha M Rachbini menyampaikan, pandemi Covid-19 berdampak panjang terhadap perekonomian Indonesia. (ilustrasi).
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Pengunjung melihat produk UMKM yang dipajang pada Pasar Kreatif Bandung. Pakar Ekonomi Eisha M Rachbini menyampaikan, pandemi Covid-19 berdampak panjang terhadap perekonomian Indonesia. (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar Ekonomi Eisha M Rachbini menyampaikan, pandemi Covid-19 akan berdampak panjang terhadap perekonomian Indonesia. Hal itu disampaikan oleh Eisha dalam diskusi panel bertajuk ’10 Juta Gen Z Menganggur, Mungkinkah Indonesia Emas 2045?’.

Eisha menjelaskan, visi Indonesia Emas 2045 ialah keluar dari Middle Income Trap/ MIT (jebakan pendapatan kelas menengah) menjadi negara maju dengan pendapatan domestik bruto (PDB) terbesar kelima. Dalam periode 2016-2045, ekonomi Indonesia diproyeksikan tumbuh 5,7 persen per tahun melalui reformasi struktural, pemanfaatan bonus demografi, kemajuan teknologi, dan peningkatan daya saing ekonomi. Selain itu Indonesia diharapkan keluar dari MIT dengan status negara berpendapatan tinggi pada 2036.

Baca Juga

“Namun, di tengah ketidakpastian ekonomi, ekonomi ternyata hanya tumbuh 5,1 persen yoy (year on year) pada Q1 (kuartal 1) 2024. Laju pertumbuhan di sekitar 5 persen dimana rata-rata pertumbuhan ekonomi selama 20 tahun terakhir menunjukkan tren penurunan,” kata Eisha.

Sementara itu, visi Indonesia Emas 2045 adalah memiliki target pertumbuhan ekonomi selama 2025-2045 harus mencapai rerata 6 persen per tahun. Lantas dia mengungkapkan tantangan terbesar adalah soal dampak pandemi Covid-19.

“Tantangan paling besar bagi Indonesia saat ini adalah pandemi Covid-19 yang menyebabkan luka atau scarring effect terhadap perekonomian dalam jangka panjang. Scarring effect akibat pandemi Covid-19 dapat mengakibatkan tren pertumbuhan ekonomi ke depan lebih rendah dibandingkan pre-pandemik level. Hal ini berisiko untuk target pertumbuhan ekonomi jangka panjang,” tuturnya.

Eisha menerangkan, pandemi menyebabkan dampak pada alokasi sumber daya, termasuk di sisi produksi berupa penurunan produktivitas, baik Total Factor Productivity (TFP), maupun produktivitas tenaga kerja dan modal. Juga learning loss dan job loss, serta pemulihan pada sektor riil yang lambat.

“Pandemi Covid-19 memberikan dampak negatif terhadap perekonomian Indonesia, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam jangka panjang, pandemi Covid-19 memberikan dampak pada perubahan alokasi sumber daya, termasuk di sisi produktif sehingga mengakibatkan penurunan produktivitas tenaga kerja dan modal,” jelasnya dalam siaran pers.

Eisha melanjutkan, Indonesia diperkirakan akan mencapai puncak bonus demografi pada 2030—20240. Dalam periode 2010—2045, jumlah penduduk Indonesia usia produktif besar. Dalam laporan proyeksi penduduk Indonesia 2015—2045, jumlah penduduk Indonesia pada 2045 diprediksi mencapai 319 juta. Dimana jumlah penduduk Indonesia 70 persennya dalam usia produktif.

Menurut catatannya, angka Not in Employment, Education, or Training (NEET) cenderung berfluktuasi dari periode Agustus 2019 hingga Agustus2023. Jumlah NEET pada Agustus 2024 meningkat menjadi 9,9 juta atau sebesar 22,25 persen dari total penduduk usia muda (15-24 tahun).

“Untuk dapat mencapai visi Indonesia 2045 menjadi negara maju dan keluar dari middle income trap, transformasi ekonomi Indonesia perlu dan urgen untuk dilaksanakan. Potensi bonus demograsi perlu dioptimalkan,” ujar Eisha.

Eisha memberikan sejumlah rekomendasi kebijakan untuk pemerintah. Setidaknya ada empat rekomendasi kebijakan yang bisa diberlakukan. Pertama, percepatan penyelenggaran pendidikan dan pelatihan vokasi, dan penguatan pelatihan. Kedua, reskilling dan upskilling dan integrasi softskill bagi angkatan kerja untuk mengantisipasi disrupsi.

“Ketiga, pembangunan dengan padat karya dan melanjutkan pembangunan infrastruktur. Keempat, transformasi ekonomi melalui hilirisasi dan industri sektor prioritas,” lanjutnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement