Selasa 04 Jun 2024 16:13 WIB

IHK Yogya dan Gunungkidul Alami Deflasi 

Secara kumulatif inflasi DIY mencapai 0,81 persen (ytd).

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Fernan Rahadi
Deflasi (ilustrasi)
Deflasi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA — Bank Indonesia (BI) DIY menyebut bahwa perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) gabungan Kota Yogyakarta dan Kabupaten Gunungkidul hingga Mei 2024 mengalami deflasi. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), deflasi DIY pada Mei tercatat -0,08 persen (mtm) atau secara tahunan mengalami deflasi sebesar 2,28 persen (yoy).  

Kepala Perwakilan BI DIY, Ibrahim mengatakan, secara kumulatif inflasi DIY mencapai 0,81 persen (ytd). Capaian inflasi DIY pada Mei relatif lebih rendah dibandingkan inflasi pada April 2024 yang mencapai 0,09 persen (mtm) dan 2,87 persen (yoy). 

“Perbaikan capaian ini tidak terlepas dari sinergi berbagai upaya pengendalian inflasi dalam TPID DIY yang semakin solid, dengan didukung pengkinian data IHK mengacu pada Survei Biaya Hidup (SBH) 2022 dengan tambahan Gunungkidul untuk mewakili daerah rural,” kata Ibrahim, Selasa (4/6/2024).   

Secara bulanan, penyumbang utama deflasi di DIY yakni kelompok transportasi dengan andil -0,15 persen (mtm). Berdasarkan komoditasnya, Ibrahim menyebut bahwa andil penurunan tertinggi disumbang oleh komoditas angkutan antar kota, seiring normalisasi permintaan pasca HKBN Idul Fitri. 

Lebih lanjut, dikatakan bahwa deflasi yang relatif dalam juga terjadi pada kelompok makanan, minuman dan tembakau. Utamanya pada komoditas beras dengan andil -0,15 persen (mtm), sejalan dengan ketersediaan stok beras yang masih memadai di tengah berlanjutnya panen raya pada Mei 2024. 

“Selain beras, komoditas lain yang juga memiliki andil terhadap deflasi bulanan antara lain tomat (-0,07 persen mtm), daging ayam ras (-0,03 persen mtm), dan cabai rawit (-0,03 persen mtm),” ucap Ibrahim. 

Sementara itu, deflasi juga tertahan oleh meningkatnya harga kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya dengan andil 0,11 persen (mtm). Ditinjau menurut komoditasnya, harga emas perhiasan mengalami peningkatan sejalan dengan kenaikan harga emas global sebagai dampak berlanjutnya ketegangan geopolitik negara Timur Tengah dan ketidakpastian global seiring high for longer suku bunga The Fed. 

Lebih lanjut, kata Ibrahim, komoditas pangan seperti cabai merah, bawang merah, dan telur ayam ras turut menyumbang inflasi dengan andil masing-masing -0,05 persen (mtm), -0,03 persen (mtm), dan -0,02 persen (mtm). 

“Pasokan bawang merah terpantau menurun terkait terganggunya produksi karena bencana banjir yang melanda sejumlah wilayah pemasok utama,” jelasnya. 

Untuk itu, pihaknya memperkirakan ke depan inflasi DIY terus terjaga pada kisaran target. Hal ini, ucap Ibrahim, didukung oleh upaya TPID DIY dalam merangka 4K yakni ketersediaan pasokan, keterjangkauan harga, kelancaran distribusi, dan komunikasi efektif melalui penguatan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) diy 2024.

“Di antaranya pelaksanaan operasi pasar yang diperkuat dengan optimalisasi Kios Segoro Amarto yang menjadi referensi harga untuk menjaga daya beli, kampanye belanja bijak, penguatan KAD baik antar provinsi maupun intra provinsi, serta launching MRANTASI dalam rangka meningkatkan literasi kepada pedagang pasar dan masyarakat,” katanya. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement