Rabu 06 Jul 2016 10:25 WIB
Tradisi Mudik Lebaran

Calo Tiket Sudah Eksis Sejak Zaman Belanda

 Petugas memeriksakan tiket penumpang di Stasiun Pasar Senen,Jakarta, Ahad (26/6). (Republika/Rakhmawaty La'lang)
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Petugas memeriksakan tiket penumpang di Stasiun Pasar Senen,Jakarta, Ahad (26/6). (Republika/Rakhmawaty La'lang)

Oleh: Alwi Shahab

Dunia percaloan sudah akrab bagi rakyat Indonesia. Apalagi selama musim mudik Lebaran.

Calo, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah orang yang menjadi perantara untuk menguruskan sesuatu berdasarkan upah. Bagi warga Betawi, calo punya konotasi buruk. "Dasar calo lu!" umpatan kekesalan seseorang karena ulah para calo yang sering melakukan pemerasan.

Di negara kita ada 1.001 macam percaloan. Seperti dalam pengiriman TKI/TKW ke luar negeri, para calo sangat berperan.

Mereka berkeliaran sampai ke desa-desa dan tidak jarang melakukan penipuan. Demikian juga saat penerimaan pegawai negeri, ada calo-calo yang meminta uang sampai puluhan juta rupiah.

Saban tahun, menjelang Idul Fitri ini sejak awal Ramadhan karcis kereta api untuk mudik Lebaran sudah terjual habis. Ada yang mensinyalir itu akibat ulah para calo yang konon bermain dengan orang dalam.

Para calo menawarkan karcis di atas harga resmi. Belum lagi percaloan di terminal-terminal bus, hingga Menhub Hatta Radjasa bertekad untuk memberantasnya. Bahkan kartu kompensasi BBM juga dicaloin. Ada yang berani beli dengan harga antara Rp 800 ribu dan Rp 1,2 juta.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement