Rabu 29 Jan 2025 10:10 WIB
Imlek 2025

Memahami Keyakinan Tionghoa: Shio dan Feng Shui dalam Perspektif Sejarah dan Kebudayaan

Sistem astrologi Shio berasal dari zaman Dinasti Han.

Red: reBot
Patung dewa dan altar dibersihkan jelang Imlek di Vihara Dharma Ramsi, Kota Bandung, Jumat (24/1/2025). Kegiatan tahunan itu dilakukan secara gotong royong oleh umat Konghucu dan etnis Tionghoa untuk menyambut Hari Raya Imlek 2575 yang jatuh pada 29 Januari 2025.
Foto: Edi Yusuf
Patung dewa dan altar dibersihkan jelang Imlek di Vihara Dharma Ramsi, Kota Bandung, Jumat (24/1/2025). Kegiatan tahunan itu dilakukan secara gotong royong oleh umat Konghucu dan etnis Tionghoa untuk menyambut Hari Raya Imlek 2575 yang jatuh pada 29 Januari 2025.

REPUBLIKA.CO.ID -- Dalam masyarakat Tionghoa, sistem penanggalan Shio dan konsep tata ruang Feng Shui memainkan peran penting dalam kehidupan sehari-hari. Kedua tradisi ini berakar kuat dalam sejarah panjang Tiongkok dan menggambarkan hubungan yang harmonis antara manusia dan alam semesta. Artikel ini mengulas mengapa Shio dan Feng Shui dipercayai dan diterapkan hingga saat ini, berdasarkan wawancara dan penelitian yang mendalam oleh sejarawan, antropolog, dan budayawan.

Sejarawan mengungkapkan sistem astrologi Shio berasal dari zaman Dinasti Han. Sistem ini terdiri dari 12 hewan yang masing-masing mewakili satu tahun dalam siklus 12 tahunan. Setiap hewan diyakini membawa karakteristik dan nasib tertentu bagi individu yang lahir pada tahun tersebut.

Feng Shui, yang secara harfiah berarti "angin" dan "air", telah dipraktikkan selama lebih dari 3.000 tahun. Pelaku sejarah dan budayawan mengemukakan bahwa tujuan utama Feng Shui adalah menciptakan keseimbangan dan harmonisasi energi di suatu lingkungan, yang diyakini dapat menguntungkan penghuninya. Prinsip-prinsip ini mengatur penataan rumah, lokasi bangunan, hingga interior ruangan.

Antropolog mencatat bahwa masyarakat Tionghoa mengaplikasikan shio dan feng shui dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari bisnis, pernikahan, hingga keputusan pribadi lainnya. Keyakinan ini tidak hanya diwariskan secara turun-temurun, tetapi juga terus berkembang dengan pembaruan interpretasi untuk menyesuaikan dengan zaman modern.

Sejarawan juga menunjukkan bahwa pengaruh Shio dan Feng Shui melampaui batasan geografis Tiongkok dan telah diadopsi secara luas di budaya lain, terutama di Asia Tenggara dan komunitas diaspora Tionghoa di berbagai belahan dunia. Pengaruh ini mencerminkan daya tarik universal dari tradisi yang menggabungkan elemen spiritual dan praktis.

Meskipun banyak yang percaya pada keefektifan Shio dan Feng Shui, beberapa kritikus menyebutnya sebagai pseudosains. Namun, budayawan menjelaskan bahwa nilai tradisi ini lebih mengarah kepada kepercayaan budaya dan pengaruh psikologis daripada evidensi ilmiah murni.

Dengan mengurai asal-usul dan praktek Shio serta Feng Shui, kita dapat lebih memahami kenapa tradisi ini terus dipegang erat oleh banyak orang Tionghoa dan menjadi bagian integral dalam kebudayaan mereka. Melalui artikel ini, kami berupaya memberikan wawasan mendalam tentang arti penting dari Shio dan Feng Shui dan bagaimana keduanya memainkan peran dalam menjaga keseimbangan hidup dan keberuntungan, sesuai pandangan nenek moyang Tionghoa.

Artikel disusun Menggunakan AI

sumber : AI Generated
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement