Kamis 21 Jul 2016 07:00 WIB

Jakarta "Mati Kutu" Membendung Arus Urbanisasi

Red: Karta Raharja Ucu
Ilustrasi Mudik
Foto: Google
Mudik (ilustrasi)

Irwan juga bikin perumpamaan, orang Betawi lahirnya di tetampe, hingga bekutet di situ-situ aje nggak pernah keluar kampung. Sifat tidak mau meninggalkan kampung, apalagi soal merantau, memang sudah sifat turun menurun mereka.

Ini akibat dijadikannya Batavia atau Betawi sebagai pusat pemerintahan Hindia Belanda. Segala-galanya ada di Betawi. Baik sekolah, maupun masalah-masalah yang menyangkut dunia bisnis dan perdagangan.

Tidak heran, kalau Bang Sabeni bapaknya Si Doel ngedumel sewaktu anaknya ditawarkan pekerjaan di salah satu desa di Sumatra Utara. "Ngapain lu tinggal di utan. Lu mau dimakan macan," katanya pada si Doel.

"Anak Betawi sih kaye paku payung yang dipantek di sepatu serdadu. Sekali dipantek, sampe tipis dia kagak bakal pinde-pinde," kata Sabeni menasehati putranya.

H Irwan sendiri menceritakan adiknya pernah mendapatkan pekerjaan di Kalimatan. Dalam perjalanan, ketika kapal yang ditumpanginya sampai di Cirebon, ia pun mengurungkan niatnya dan pulang kembali ke Jakarta.

Karena tidak tahan membayangi ibunya yang menangis sesegukan ketika ia hendak berangkat. "Kenapa lu cari makan jauh-jauh. Di Betawi kagak usah takut kelaparan. Buktinye orang-orang pade dateng kemari," tangis ibunya.

Hingga ada istilah bagi orang Betawi, makan nggak makan pokoknya ngumpul. Kepada mereka yang hendak pulang mudik, si Doel menasehati agar jangan membawa keluarga atau teman kemari. Bukankah beban Jakarta kini sudah sangat berat.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

  • Sangat tertarik
  • Cukup tertarik
  • Kurang tertarik
  • Tidak tertarik
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement