Rabu 22 Jun 2016 11:02 WIB
Kontroversi Perumus Pancasila

Jejak Pancasila yang Tegas Tetapi Samar

Rapat BPUPKI
Foto: dok. Istimewa
Rapat BPUPKI

REPUBLIKA.CO.ID, oleh: Lintar Satria

Siapa sesungguhnya penggali Pancasila?. Persoalan ini sepertinya masih menjadi hal yang hingga kini masih diperdebatkan.

Buku Nugroho Notosusanto, Naskah Proklamasi Yang Otentik dan Rumusan Pancasila yang Otentik, yang terbit pada tahun 1971, menyebutkan ada dua orang telah memikirkan Pancasila sebelum Sukarno, Yakin Supomo dan Muhammad Yamin.

Sejarawan Peter Kasenda mengatakan buku Nurgroho tersebut sebagai bagian DeSukarnoisasi yang dilakukan oleh Orde Baru. Memang, Sukarno dan zaman selalu mempunyai hubungan dialektis. Ia selalu mempunyai tempat tersendiri dalam setiap zaman.

Menurut Peter, pada zaman Orde Baru banyak usaha pemerintah waktu itu untuk menghilangkan Sukarno dari sejarah. Salah satunya dengan buku Nugroho tersebut. Padahal setiap individu berwarga negara Indonesia, yang lahir, besar, dan mendapatkan pendidikan di Indonesia. Atau siapa pun yang mempelajari Indonesia tahu penggali dan pencetus Pancasila adalah Sukarno.

Buku Nugroho justru membuat bingung rakyat Indonesia saat itu. Peter menuturkan pada tahun 1947 terbit sebuah buku kecil yang berisi kumpulan pidato Sukarno. Dalam buku tersebut tertulis Pancasila dicetus Sukarno dalam sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan pada tanggal 1 Juni 1945. Dalam pidato inilah konsep dan rumusan awal "Pancasila" pertama kali dikemukakan oleh Sukarno sebagai dasar negara Indonesia merdeka.

Pidato ini pada awalnya disampaikan oleh Sukarno tanpa judul dan baru mendapat sebutan "Lahirnya Pancasila" oleh mantan Ketua BPUPK Dr. Radjiman Wedyodiningrat dalam kata pengantar buku yang berisi pidato yang kemudian dibukukan oleh BPUPK tersebut. Sejak buku kecil tersebut terbit, rakyat Indonesia hanya tahu Sukarno yang menjadi pencetus Pancasila.

“Lahirnya Pancasila ini adalah buah "stenografisch verslag" dari pidato Bung Karno yang diucapkan dengan tidak tertulis dahulu (voor de vuist) dalam sidang yang pertama tanggal 1 Juni 1945 ketika sidang membicarakan "Dasar (Beginsel) Negara Kita", sebagai penjelmaan daripada angan-angannya," tulis Dr. Radjiman dalam pengatar buku tersebut.

Peter yang selama 25 tahun lebih menulis Sukarno menyatakan Pancasila berasal dari pemikiran-pemikiran Sukarno sejak muda. Pertemuan-pertemuan dengan berbagai macam pengetahuan dan manusia semakin mengkristalkan pemikiran Sukarno.

Sukarno menyerap berbagai aspirasi ideologi kelompok-kelompok yang memperjuangakan kemerdekaan. Pertemuan dan penyerapan berbagai kelompok dan ideologi inilah yang melahirkan Pancasila.

Sila Ketuhanan mencerminkan ideologi kelompok keagamaan terutama Islam. Keadilan sosial mencermikan ideologi marxisme. Dan persatuan mencerminkan ideologi nasionalisme. Dari berbagai macam Ideologi, rakyat selalu menjadi pusat perhatian Sukarno. Marhaenisme sebuah pemikiran yang ia kembangkan sejak berusia 20 tahun menjadi pusat pemikiran Sukarno sepanjang hidupnya.

Sukarno mempersiapkan Pancasila selama 16 tahun sebelum ia bacakan di Sidang BPUPK. Dalam penjara Banceuy prinsip dasar-dasar negara sudah mulai tampak dalam pikiran Sukarno.

Dalam buku Sukarno Penyambung Lidah Rakyat, Sukarno mengatakan ia bahwa  tidak menciptakan Pancasila. Ia hanya menggali jauh ke dalam trandisi-trandisi masyarakat Indonesia. “Dan aku menemukan lima butir mutiara yang indah,” katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement