Rabu 15 Mar 2017 18:16 WIB
Pulangnya Bung Hatta

Serpihan Cerita Cinta Bung Hatta

Mohammad Hatta dan Rahmi menikah di Megamendung, Bogor, pada 18 November 1945.
Foto: IST
Mohammad Hatta dan Rahmi menikah di Megamendung, Bogor, pada 18 November 1945.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Karta Raharja Ucu (@kartaraharjaucu), Wartawan Republika

Bung Hatta tidak seperti Sukarno yang dengan mudah bisa berbicara panjang lebar saat ditinggal berduaan dengan perempuan. Bung Hatta adalah sosok pemalu, kata sejarawan Alwi Shahab, membuka percakapan mengenai sosok wakil presiden pertama RI itu.

Cerita cinta Hatta dengan istrinya Rahmi bermula dari keresahan Sukarno karena sahabatnya itu belum juga naik pelaminan. Padahal, saat itu, usia Hatta sudah menginjak angka 40 tahun.

Memang, Hatta pernah bersumpah tidak akan menikah sebelum Indonesia merdeka. Tapi, setelah Indonesia merdeka pun Hatta tak kunjung melepas kesendiriannya. Padahal, di saat yang sama, Sukarno sudah tiga kali menikah.

"Hatta sangat sederhana orangnya, lain dengan Bung Karno. Dia (Hatta) itu pemalu. Bahkan dia sepertinya lebih mencintai buku ketimbang perempuan," kata Alwi Shahab, saat berbincang dengan Republika.co.id, Rabu (15/3).

Hatta memang senang sekali membaca. Abah Alwi, sapaan akrab Alwi Shahab, mengaku pernah bertemu dengan Hatta di toko buku Tintamas Indonesia. Toko buku itu yang paling terkenal dan milik pribumi. Mereka juga menerbitkan buku-buku Hatta. "Hatta sangat senang dengan buku-buku agama, dia sangat banyak membaca dan mengalisa," ujar Abah Alwi bercerita.

Abah Alwi mengatakan, Hatta orangnya agak pemalu, sehingga ketika bertemu perempuan sangat dingin. "Jadi Bung Karno yang menjadi perantara untuk melamar Rahmi, anak gadis pasangan Abdul Rachim dan Annie Rachim," kata Abah Alwi.

Saking cintanya kepada buku, Hatta bahkan mempersembahkan buku karyanya berjudul Alam Pikiran Yunani sebagai mas kawin. Buku itu ditulis Hatta saat dibuang di Digul pada 1934.

"Meski pemalu, tapi secara intelektualitas dia sangat apik. Karenanya ia sangat pantas menjadi contoh kaum muda untuk menjadi pintar harus serimg baca buku. Waktu itu jarang orang seintelek dia," ujar Abah Alwi.

Sepanjang hidupnya, Hatta memang hanya memiliki satu orang istri, Rahmi yang akrab disapa Yuke. Usia Hatta dan Yuke yang terpaut 24 tahun, kata Abah Alwi, tidak membuat hubungan keduanya kaku. Saat dinikahi Hatta, Yuke baru berusia 19 tahun.

Hatta dan Yuke menikah di sebuah villa di Megamendung Bogor pada 18 November 1945. Selama 35 tahun pernikahan mereka, hampir tidak pernah ada pemberitaan buruk.

"Hatta sangat dekat keluarganya. Dia berbeda dengan Bung Karno yang memiliki istri lebih dari satu. Saya melihat Hatta sangat baik dan merangkul keluarganya," ujar Abah Alwi.

Selama menjadi wartawan, Abah Alwi mengaku mengenal Hatta cukup baik. Saya, kata Abah Alwi, tidak pernah mendengar Hatta memiliki masalah keluarga atau dengan istrinya. "Tidak ada pernah ada isu-isu buruk tentang Hatta yang berpaling ke wanita lain. Lain dengan Bung Karno yang memiliki banyak istri. Kalau Hatta bersih sekali. Bukan main bersihnya," kata pria kelahiran 1936 itu.

Di mata Abah Alwi, Hatta memiliki kepribadian yang elok. "Dia memegang teguh prinsip agama dan kecintaan terhadap istrinya. Terbukti pernikahan mereka langgeng sampai dia meninggal dunia. Sampai maut memisahkan. Memang dulu banyak yang mencari cela keburukan Hatta, tapi sangat sulit. Secara kehidupan politik dan percintaan hampir tidak ada cacatnya. Dia sangat sayang kepada istri dan anak-anaknya."

Dedi Ahimsa Riyadi dalam Hatta: Hikayat Cinta & Kemerdekaan menceritakan, Sukarno menggoda Hatta saat Indonesia baru saja menetas dan diploklamasikan. Sukarno meminta Hatta menyebut nama seorang perempuan sembari berjanji akan melamarkannya.

"Rahmi Rachim," kata Hatta tanpa pikir panjang. "Rahmi anak Abdul Rachim dan Annie Rachim."

Sukarno terkejut seraya berkata, "Pilihanmu sungguh tepat. Dia gadis tercantik di Bandung."

Bung Karno pun menepati janjinya melamar Rahmi untuk sahabatnya tersebut. Ia mendatangi keluarga Abdul Rachim di Bandung. Meski sempat ragu, Rahmi akhirnya menerima pinangan Hatta setelah mendapatkan jaminan dari Sukarno.

 

Baca juga tulisan lainnya:

Kepingan-Kepingan Kisah Kepulangan Mohammad Hatta

Perbedaan Prinsip Membuat Hatta Memilih Bercerai dengan Sukarno

Tatkala Bung Hatta (Kembali) Menyelamatkan Republik

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement