REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Alwi Shahab
Pemberitaan tentang premanisme di Jakarta tidak pernah habis di media massa. Selain kasus pembegalan yang sedang marak terjadi, kabar teranyar adalah premanisme di kawasan lokalisasi prositusi Kalijodo.
Di berbagai media massa cetak ataupun elektronik, hampir tiap hari kita disuguhi berita-berita kejahatan. Apalagi, kejahatan sekarang ini tidaklah sama dengan masa si Pitung, itu jagoan Betawi akhir abad ke-19. Si Pitung melakukannya dengan memilih-milih orang yang akan disatroninya untuk membela rakyat kecil.
Korban kejahatannya pun adalah para tuan tanah jahat dan memeras rakyat kecil (petani) dengan mengeruk sebagian besar hasil sawahnya berupa blasting (pajak). Sekarang ini, salah satu kejahatan yang membuat masyarakat risau dan merasa tidak aman adalah perampokan. Jumlah mereka semakin banyak bukan hanya di kota-kota besar, melainkan sudah menjalar hingga ke desa-desa.
Para penjahat atau preman ini sudah berani mengincar korbannya di tempat-tempat umum. Bahkan, di tengah-tengah keramaian pada hari siang bolong dengan menodongkan senjata api.
Kita perlu mempertanyakan bagaimana dewasa ini senjata api makin banyak jatuh ke tangan penjahat. Begitu maraknya kejahatan, hingga ada yang pernah mengusulkan agar "petrus" (penembak misterius), seperti masa Jenderal Benny Murdani, dihidupkan kembali meski dianggap melanggar HAM.