Selasa 07 Jan 2025 08:19 WIB

Benarkah Zionis Bani Israil dan Palestina Orang Arab?

Penelitian-penelitian terbaru menyangkal propaganda Zionis.

Seorang tentara Israel berdebat dengan warga Palestina saat protes memperingati 72 tahun Nakba di Desa al-Sawiya dekat Kota Nablus, Tepi Barat, 15 Mei 2020.
Foto: EPA-EFE/ALAA BADARNEH
Seorang tentara Israel berdebat dengan warga Palestina saat protes memperingati 72 tahun Nakba di Desa al-Sawiya dekat Kota Nablus, Tepi Barat, 15 Mei 2020.

Oleh Fitriyan Zamzami

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Pendirian entitas Zionis di tanah Palestina bertumpu pada asumsi bahwa warga Israel adalah kaum Yahudi yang terusir dan bangsa Palestina adalah pendatang Arab yang baru-baru saja tiba. Benarkah demikian?

Baca Juga

Bangsa Yahudi ini, menurut historiografi Zionis, merupakan ras asli keturunan suku-suku bani Israil yang menempati wilayah Judea alias sebelah timur dan barat Sungai Jordan termasuk wilayah historis Palestina. Sebaliknya, orang-orang Palestina saat ini adalah keturunan bangsa Arab yang baru tiba di wilayah itu pada abad ke-7 seturut penaklukkan Islam.

Sejarawan Israel Shlomo Sand pada 2009 silam membongkar mitos itu melalui bukunya, The Invention of the Jewish People. Buku yang mulanya ditulis dalam bahasa Ibrani itu berpekan-pekan duduk di puncak best seller di Israel dan memicu kemarahan para sejarawan pro-Zionis.

Dalam bukunya, Sand berargumen bahwa sedari mula tak pernah ada pengusiran besar-besaran bani Israil dari tanah suci di Yerusalem dan sekitarnya. Ia mengatakan, tak ada bukti bahwa setelah pemberontakan Bar Khoba pada abad kedua Masehi, penguasa Romawi mengusir seluruh bani Israil dari Palestina.

Yang terjadi saat itu adalah para pemuka agama Yahudi melakukan dakwah ke seantero Timur Tengah dan Mediterania, sampai ke Eropa. Ia memaparkan bukti-bukti bahwa agama Yahudi telah lama didakwahkan dan meraih pemeluk baru dari etnis Berber di Afrika Utara, etnis Arab di Himyar, sampai Khazar di Kaukasus. Hal itu yang menurut dia menjelaskan ledakan jumlah pemeluk agama Yahudi di Timur Tengah, Afrika Utara, dan Eropa.

Merekalah yang kemudian pada masa depan menjadi kelompok yang berimigrasi ke Palestina dan mendirikan Negara Israel dengan klaim sebagai keturunan bani Israil. Yang datang dari Eropa disebut Yahudi Ashkenazi dan yang dari Timur Tengah disebut Yahudi Sephardim.

 

Bagaimana dengan penduduk asli Palestina? Sand berargumen bahwa kebanyakan mereka tak pernah meninggalkan Palestina sebelum diusir secara besar-besaran oleh Zionis sejak 1948. Mereka terus tinggal dan bercocok tanam. Bangsa Romawi hanya setengah hati memaksa mereka memeluk agama resmi kerajaan: Kristen. 

Sekitar 500 tahun setelah pemberontakan Bar Khoba, datang para penakluk dari Arabia yang sudah beragama Islam. Bagi etnis Yahudi, para penakluk ini justru dianggap sebagai pembebas melawan persekusi Romawi. Catatan-catatan dari masa itu menunjukkan, pemeluk Yahudi di Palestina ikut dalam pasukan Muslim melakukan penaklukan. Sementara, Khalifah Umar bin Khattab juga mencabut larangan memasuki Yerusalem yang sebelumnya diterapkan Romawi terhadap umat Yahudi setempat. 

Sand mengingatkan, para pasukan Arab itu bukanlah pasukan pendudukan. Mereka tak memicu migrasi bangsa Arab ke Palestina. Sebaliknya, mereka tetap membutuhkan warga tempatan yang beragama Kristen dan Yahudi untuk mengelola pertanian. Namun, mereka menerapkan sistem jizyah bagi ahlul kitab sebagai timbalan perlindungan dan kebebasan beragama. 

Lama kelamaan, penduduk asli akhirnya melihat lebih untung bagi mereka untuk masuk Islam. Terlebih, menurut Sand, ajaran Islam sangat mirip ajaran Yahudi, tak seperti Kristennya penguasa Romawi yang memaksakan doktrin Trinitas yang tak mungkin bisa diterima pemeluk Yahudi.

Nah, menurut Sand, penduduk asli tersebut yang merupakan keturunan sejati Judea adalah yang membentuk inti dari warga Palestina sampai saat ini. Tentu mereka sudah kawin-mawin dengan berbagai etnis yang juga singgah dan tinggal di Palestina seperti Bangsa Arab, Persia, sampai Eropa yang datang dan sempat berkuasa seturut Perang Salib pada abad ke-11. Tapi, penduduk asli itu teguh di tanah mereka sejak ribuan tahun lalu.

Islam dan bahasa Arab kemudian direngkuh penduduk tempatan Palestina itu sebagai bagian dari mereka. Hal itu, menurut Sand, terkait dengan sifat demokratis Islam yang meluruhkan kesukuan begitu mereka masuk ke dalam ummah

Pengakuan pendiri Zionis...

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْ حَاۤجَّ اِبْرٰهٖمَ فِيْ رَبِّهٖٓ اَنْ اٰتٰىهُ اللّٰهُ الْمُلْكَ ۘ اِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّيَ الَّذِيْ يُحْيٖ وَيُمِيْتُۙ قَالَ اَنَا۠ اُحْيٖ وَاُمِيْتُ ۗ قَالَ اِبْرٰهٖمُ فَاِنَّ اللّٰهَ يَأْتِيْ بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِيْ كَفَرَ ۗوَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَۚ
Tidakkah kamu memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim mengenai Tuhannya, karena Allah telah memberinya kerajaan (kekuasaan). Ketika Ibrahim berkata, “Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,” dia berkata, “Aku pun dapat menghidupkan dan mematikan.” Ibrahim berkata, “Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat.” Maka bingunglah orang yang kafir itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim.

(QS. Al-Baqarah ayat 258)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement