REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah membuat keputusan untuk mengalihkan dananya dan juga menginstruksikan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) untuk ikut memindahkan dananya dari Bank Syariah Indonesia (BSI). Dalam surat edarannya, dituliskan untuk segera melakukan rasionalisasi dana simpanan serta pembiayaan di BSI untuk dialihkan ke Bank Syariah Bukopin, Bank Mega Syariah (BMS), Bank Muamalat dan Bank-bank Syariah Daerah dan bank-bank lain yang selama ini bekerja sama baik dengan Muhammadiyah.
Ketua PP Muhammadiyah Anwar Abbas mengatakan berdasarkan fakta yang ada menunjukkan bahwa penempatan dana muhammadiyah terlalu banyak berada di BSI. Sehingga secara bisnis dapat menimbulkan resiko konsentrasi (concentration risk), sementara di bank-bank syariah lain masih sedikit sehingga bank-bank syariah lain tersebut tidak bisa berkompetisi dengan margin yang ditawarkan oleh BSI baik dalam hal yang berhubungan dengan penempatan dana maupun pembiayaan.
"Bila hal ini terus berlangsung maka tentu persaingan diantara perbankan syariah yang ada tidak akan sehat dan itu tentu jelas tidak kita inginkan," ujar Anwar dalam keterangan, Kamis (6/6/2024) kemarin.
Salah satu bank syariah yang 'kecipratan' dana triliun PP Muhammadiyah yang dipindahkan dari BSI adalah BMS. Sepanjang kuartal I 2024, BMS sudah menunjukkan likuiditas yang kuat. Hingga April 2024, total kelolaan dana pihak ketiga (DPK) Bank Mega Syariah tumbuh 4,92 persen menjadi lebih dari Rp 10 triliun dibandingkan posisi akhir Desember 2023. Sejalan dengan pertumbuhan DPK, total dana murah atau current account / saving account (CASA) juga meningkat 5,51 persen menjadi Rp 3,40 triliun.
Sementara porsi CASA terhadap DPK di April 2024 tercatat 31,08 persen. Ini lebih baik dari April 2023 yang berada di posisi 25,51 persen. Porsi dana murah juga naik dibandingkan Desember 2023 yang sebesar 30,91 persen.
Corporate Secretary Division Head Bank Mega Syariah Hanie Dewita mengatakan, hingga kuartal I 2024 volume tabungan haji Bank Mega Syariah tumbuh 3,99 persen secara tahunan (year on year) menjadi lebih dari Rp 254 miliar dibandingkan kuartal I 2023. Saat ini, Bank Mega Syariah juga tengah mengembangkan segmen priority banking. Melalui segmen ini, kedepannya bank diharapkan dapat membangun hubungan kuat dengan nasabah melalui layanan dan produk eksklusif yang sesuai dengan kebutuhan nasabah prioritas.
Di satu sisi, layanan digital banking juga terus ditingkatkan untuk menarik nasabah dalam menggunakan layanan perbankan Bank Mega Syariah. Tidak hanya layanan digital, saluran layanan lain seperti kantor cabang dan call center juga terus dioptimalkan sehingga memberikan pengalaman terbaik kepada nasabah.
Bank Mega Syariah juga fokus pada prosedur bisnis yang lebih efisien. Dengan prosedur yang ramping dan kuat, bank dapat mengurangi waktu yang diperlukan dalam memberikan layanan sehingga meningkatkan kepuasan nasabah, dan meningkatkan efisiensi operasional secara keseluruhan.
“Bank Mega Syariah selalu mengedepankan kepentingan dan menjawab setiap kebutuhan nasabah melalui pelayanan prima. Kami juga mengintegrasikan teknologi terkini untuk menyediakan layanan perbankan yang efisien, cepat, dan mudah diakses, sehingga nasabah dapat mengelola keuangan dengan nyaman kapan saja dan di mana saja,” ujar Hanie beberapa waktu lalu.
Selain BMS, Muhammadiyah juga sudah menjalin kerja sama yang kuat dengan KB Bukopin Syariah terkait Pemanfaatan Jasa/Layanan dan Produk Perbankan KB Bukopin Syariah.
Berdasarkan laporan keuangan di keterbukaan, KB Bukopin Syariah membukukan laba bersih sebesar Rp 7,33 miliar di kuartal I-2024. Jumlah ini meningkat pesat dibandingkan dengan pencapaian laba bersih KBBS pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 3,16 miliar. Mobilisasi dana pihak ketiga (DPK) Perseroan per 31 Maret 2024 mencapai Rp5,9 triliun meningkat pesat dibandingkan l tahun lalu yakni sebesar Rp 5,4 triliun.