Ahad 09 Jun 2024 14:24 WIB

Ketika Suami Istri Sang Petani dan Penjual Kerupuk Itu Naik Haji 

Allah SWT menghendaki siapa pun berangkat haji

Seorang petani dan penjual kerupuk asal Pati, Wagini dan istrinya Supeni saat saat nakk haji di Kota Makkah, Jumat (7/6/2024). Foto: MCH
Foto: Dok Republika
Seorang petani dan penjual kerupuk asal Pati, Wagini dan istrinya Supeni saat saat nakk haji di Kota Makkah, Jumat (7/6/2024). Foto: MCH

 

Oleh: Muhyiddin, jurnalis Republika.co.id, dari Makkah Arab Saudi

Baca Juga

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH – Naik haji adalah impian bagi setiap muslim. Namun, tidak semua orang bisa menunaikan rukun Islam yang kelima ini. Hanya orang-orang yang dipanggil Allah lah yang bisa naik haji ke Tanah Suci.

Seperti salah seorang petani dan penjual kerupuk ini. Namanya adalah Wagini. Pria berusia 72 tahun ini berasal desa Tambahagung, Padukuhan Gading, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Sehari-hari ia bekerja sebagai petani padi atau kacang hijau.

Di kampungnya Wagini memiliki tanah seluas 250 meter. Di sanalah ia bertani. Namun, pada 2013 ia mengalami Glaukoma, yakni kondisi medis berupa gangguan penglihatan yang disebabkan oleh kerusakan saraf mata

Enam bulan sebelumnya, ia sempat mengeluh sakit kepala dan terkena darah tinggi. Setelah berobat ke berbagai dokter spesialis mata, akhirnya dokter menyatakan bahwa matanya tidak bisa disembuhkan karena sarafnya putus. Jika operasi dilakukan pun tidak menjamin kesembuhan matanya.

Karena tidak bisa melihat lagi, tanah yang digunakannya untuk bertani lalu dikelola orang lain dengan model bagi hasil. Jika berhasil dipanen, ia mendapat untung hingga 2,5 juta dari hasil panen padi

Wagini dan istrinya, Supeni terus bekerja keras mengumpulkan uang untuk naik haji. Mereka juga telah menjual kerupuk sejak 1987-an. Keduanya menjual kerupuk rambak dari terigu dan tepung pati. Per bungkus kecil mereka jual seharga Rp 400-500.

Wagini berperan sejak dari produksi atau membuat sendiri kerupuknya hingga menjual di pasar kecamatan Tambak Romo. Untung dari kerupuk itu pula yang ditabungnya sedikit demi sedikit hingga bisa dipakai menabung haji.

“Untung jualan kerupuk saya tabung. Pokoknya saya tabung di tempat yang hanya saya yang tahu dan orang lain tidak lihat," ujarnya saat diwawancara di Makkah, Jumat (7/6/2024).

Pada April 2012, Wagini dan Supeni lalu mendaftar haji menggunakan dana talangan. Keduanya membawa uang Rp 15 juta untuk mendaftar haji dua orang atau masing-masing Rp 7,5 juta.

“Kalau ada penghasilan disetorkan, tahun 2014, dua tahun dari daftar sudah lunas,” ucap Supeni.

Seharusnya Wagini dan Supeni sudah bisa berangkat haji pada 2021. Namun karena adanya pandemi Covid-19, keduanya baru berangkat pada tahun ini dengan biaya sendiri.

Pasangan yang mempunyai tiga anak ini pun bersyukur bisa berangkat haji tahun ini. Saat melakukan umrah wajib di Masjidil Haram, ia beribadah menggunakan kursi roda. Tak banyak yang dimintanya. Ia hanya ingin diberi kesehatan dan keselamatan dunia dan akhirat."Nyuwun sehat, nyuwun selamat," kata Wagini.

Selama di Makkah, Wagini hanya memperbanyak dzikir, sholat, dan menghafal Alquran. Ia sempat menyebutkan beberapa surat pendek yang sering dibacanya. "Sukanya baca Ad-Dhuha, Alam Nasyrah, At-Takatsur, al-Kafirun," jelas dia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement