Rabu 26 Jun 2024 18:09 WIB

Bagaimana India berubah dari Pembela Palestina ke Pendukung Israel

India pada masa menolak pendirian negara Israel.

PM India Indira Gandhi bersama Pemimpin PLO Yasser Arafat dalam kunjungan ke New Delhi pada 1980.
Foto: indiadefencereview
PM India Indira Gandhi bersama Pemimpin PLO Yasser Arafat dalam kunjungan ke New Delhi pada 1980.

REPUBLIKA.CO.ID, MUMBAI -- Sejak awal merdeka dari Inggris, India seperti banyak negara poskolonial lainnya adalah pendukung sengit Palestina dan penentang penjajahan oleh Israel. Namun terungkap belakangan, di bawah Perdana Menteri narendra Modi India justru memasok senjata ke Israel yang digunakan untuk melakukan genosida di Jalur Gaza. Apa yang berubah dalam 76 tahun belakangan?

Setelah memperoleh Kemerdekaan pada tanggal 15 Agustus 1947, India dihadapkan dengan isu pembagian Palestina menjadi dua negara. India, di bawah Perdana Menteri Jawaharlal Nehru, memberikan suara menentang resolusi Majelis Umum PBB tentang pembagian Palestina pada 29 November 1947.

Baca Juga

Merujuk India Today, Pendirian Nehru didasarkan pada faktor moral dan geopolitik. Dari segi moral, Nehru mengikuti jejak mentornya, Mahatma Gandhi, yang sangat yakin bahwa orang-orang Yahudi telah melakukan kesalahan besar dalam upaya untuk "memaksakan diri mereka di Palestina dengan bantuan Amerika dan Inggris".

Menurut Gandhi, Palestina adalah milik bangsa Arab seperti halnya Inggris milik Inggris, atau Prancis milik Prancis, sebagaimana disebutkan dalam artikelnya di Harijan pada November 1938. Terlebih lagi, Nehru dan Gandhi telah melihat kengerian dari pemisahan berdasarkan agama antara India dan Pakistan. Mereka tidak ingin mendukung pertumpahan darah lagi dan percaya jika pemisahan harus dilakukan maka hal itu harus dilakukan dengan persetujuan orang-orang Arab Palestina.

Dari segi geopolitik, Nehru mengetahui bahwa sebagai negara baru, India membutuhkan dukungan asing, terutama dari negara-negara Arab yang gigih menentang pembentukan Israel. Nehru juga khawatir pemberontakan di kalangan penduduk Muslim yang besar di India jika pemerintah mendukung lahirnya Israel.

Israel akhirnya berdiri pada tanggal 14 Mei 1948. Tak lama kemudian, Israel mengirimkan surat ke negara-negara, termasuk India, meminta mereka untuk mengakui bangsa Yahudi. Meskipun India pada awalnya tidak menanggapi permintaan tersebut, India kemudian secara resmi mengakui Israel pada tanggal 17 September 1950. Namun hubungan diplomatik penuh harus menunggu beberapa dekade.

Pengakuan India terhadap Israel terjadi setelah semua negara Arab tetangga Israel menandatangani gencatan senjata dengan negara Yahudi tersebut. Bahkan negara Muslim seperti Turkiye mengakui Negara Israel pada 1949.

Korespondensi pertama Jawaharlal Nehru dengan Israel terjadi pada 1962 ketika ia menulis surat kepada Perdana Menteri Israel David Ben-Gurion selama perang dengan Cina. Nehru meminta bantuan Israel dalam bentuk senjata dan amunisi, dengan ketentuan dikirimkan tanpa bendera Israel untuk menghindari ketegangan hubungan India dengan negara-negara Arab.

Namun, Ben-Gurion, meski menyatakan empati terhadap situasi India, menolak memberikan bantuan dalam kondisi seperti ini. Hanya ketika India setuju untuk menerima pengiriman berbendera Israel, Israel mulai menjalin hubungan dengan India pada tingkat yang strategis.

India kembali terpaksa menghubungi Israel selama perang pada 1971 dengan Pakistan. AS saat itu sedianya mendukung Islamabad, tetapi Israel memilih untuk menjawab permintaan bantuan India.

Dalam bukunya 1971: A Global History of the Creation of Bangladesh, sejarawan Srinath Raghavan mencatat bahwa Israel sendiri menghadapi kekurangan senjata dan tidak dapat memasok senjata secara langsung ke India. Namun Perdana Menteri Israel Golda Meir mengalihkan pengiriman yang ditujukan ke Iran ke India hanya dengan satu permintaan – menjalin hubungan diplomatik dengan imbalan senjata.

Meskipun ada bantuan Israel pada 1971, India, di bawah kepemimpinan Indira Gandhi, tetap menjadi pendukung setia perjuangan Palestina. Pemerintahan Indira Gandhi secara konsisten mendukung hak rakyat Palestina untuk menentukan nasib sendiri, mengutuk pendudukan Israel dan menganjurkan solusi dua negara.

Pada 1974, India secara resmi mengakui Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), yang dipimpin oleh Yasser Arafat, sebagai satu-satunya perwakilan rakyat Palestina yang sah. Arafat memiliki ikatan yang lebih dalam dengan Indira Gandhi, yang disebut sebagai "adik perempuanku". 

Yasser Arafat mengunjungi India beberapa kali selama masa jabatan Indira Gandhi. Kunjungannya berperan penting dalam memperkuat hubungan politik dan diplomatik antara kedua pemerintah, karena India mengizinkan PLO membuka kantor di New Delhi pada 1975. Setelah Indira Gandhi dibunuh pada tahun 1984, Arafat datang ke pemakamannya. Menurut beberapa laporan, dia "menangis seperti anak kecil" di pemakaman Indira Gandhi.

Pada 1988, India menjadi salah satu negara pertama yang mengakui Negara Palestina setelah PLO mendeklarasikan kemerdekaan. Pada tahun 1996, India membuka Kantor Perwakilannya di Gaza, yang kemudian dipindahkan ke Ramallah.

 

Perang di Kashmir dan pergeseran sikap... baca halaman selanjutnya

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement