Jumat 28 Jun 2024 17:00 WIB

Sebelum Khadijah, Siapa Perempuan di Hati Rasulullah?

Sebelum menikah dengan Khadijah, Rasulullah SAW pernah ingin melamar putri pamannya.

Sebelum Khadijah, Siapa Perempuan di Hati Rasulullah. Foto - Ilustrasi berdoa di dekat Kubah Hijau, Masjid Nabawi, Madinah, Arab Saudi.
Foto: Antara/Saptono
Sebelum Khadijah, Siapa Perempuan di Hati Rasulullah. Foto - Ilustrasi berdoa di dekat Kubah Hijau, Masjid Nabawi, Madinah, Arab Saudi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jauh sebelum mengenal cinta Khadijah binti Khuwailid, Muhammad SAW pernah menyukai seorang perempuan lainnya. Sosok gadis yang disukai beliau itu adalah Fakhitah binti Abu Thalib.

Menurut Ali Audah dalam bukunya, Ali bin Abi Talib: Sampai kepada Hasan dan Husain, salah seorang putri paman Rasulullah SAW itu akrab disapa Um Hani. Upaya Muhammad SAW meminangnya terjadi ketika beliau belum diangkat menjadi utusan Allah.

Baca Juga

Muhammad SAW pernah menyampaikan niatnya untuk melamar putri pamannya itu. "Namun, Abu Thalib sudah punya rencana lain untuk anak gadisnya itu," demikian ungkap Ali Audah.

Ada yang "mendahului" beliau. Dialah Hubairah dari kabilah Bani Makhzum. Lelaki ini sudah terlebih dahulu melamar Um Hani.

Secara nasab, Hubairah masih berkerabat dengan Abu Thalib, yakni dari garis ibu (matrilineal). Dia juga dikenal karena kekayaannya dan kepandaian bersyair.

Saat itu, Bani Makhzum berkembang cukup pesat. Adapun Bani Hasyim, yakni kabilah tempat Abu Thalib berasal, cenderung tidak sepesat suku tersebut.

Masyarakat Arab memandang penting besarnya suatu kabilah, yakni dengan ditopang jumlah anak laki-laki. Pada waktu itu, Bani Makhzum memiliki lebih banyak keturunan laki-laki daripada Bani Hasyim.

Muhammad SAW menerima keputusan pamannya. Abu Thalib mengatakan kepada kemenakannya itu, dahulu Bani Makhzum telah mengawinkan gadis-gadisnya dengan para laki-laki Bani Hasyim.

"Orang yang telah bermurah hati harus dibalas dengan sikap serupa," kata Abu Thalib.

Perkataan itu juga mengisyaratkan, Abu Thalib memandang bahwa Muhammad SAW saat itu dinilai belum waktunya menikah. Beliau pun mematuhi arahan sang paman.

Hubungan antara Rasulullah SAW dan Abu Thalib memang sangat erat. Sejak kecil, Muhammad SAW sudah menjadi anak yatim piatu. Kakek beliau, Abdul-Muttalib, mengasuh Muhammad SAW hingga wafatnya.

Menjelang ajal, Abdul-Muttalib sempat berwasiat kepada Abu Thalib agar merawat cucunya itu sepeninggal dirinya.

Selanjutnya, Abu Thalib mengasuh Muhammad SAW. Meskipun dalam keadaan miskin dan banyak anak, ia sangat memperhatikan keponakannya itu. Kasih sayang dan perlindungan tidak berkurang sedikit pun diberikan kepada Muhammad SAW, bahkan sampai risalah kenabian itu datang.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement