Selasa 02 Jul 2024 14:31 WIB

Awal Pekan Ini IHSG Terus Menguat 2,67 Persen

IHSG menguat 2,67 persen ke level 7.063,58 pad Jumat (28/6/2024) pekan lalu.

Karyawan beraktivitas di dekat layar elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, (ilustrasi)
Foto: Republika/Prayogi
Karyawan beraktivitas di dekat layar elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melanjutkan tren positifnya. Dalam perdagangan bursa saham, IHSG penutupan Senin sore (1/7/2024), terpantau menguat cukup signifikan 76,049 poin (1,08 persen) ke level 7.139,626 setelah dibuka naik ke level 7.110,109.

Sepanjang pekan lalu, IHSG juga menguat 2,67 persen ke level 7.063,58 pad Jumat (28/6/2024) pekan lalu. Community Lead Indo Premier Sekuritas (IPOT) Angga Septianus mengatakan, penguatan IHSG tertopang 2 top gainers yakni IDX ENERGY yang menguat 2.70 persen karena kenaikan saham DSSA dan BYAN dan IDX BASIC yang menguat 2.66 persen karena kenaikan saham TPIA dan SMGR. Sementara itu top losers yang menghambat penguatan IHSG yakni IDX PROPERTY yang melemah -0,83 persen karena koreksi saham properti utama yakni PWON, SMRA dan BSDE.

Baca Juga

Sejumlah sentimen yang menopang laju IHSG yakni inflasi PCE AS, HSBC yang menurunkan peringkat saham Indonesia, potensi perpanjangan restrukturisasi kredit Covid-19 dan window dressing akhir kuartal 2. Angga merinci inflasi PCE AS masih sesuai prediksi turun ke 2,6 persen karena penurunan harga barang dan energi. 

"Jika inflasi semakin mendekati target 2 persen the Fed maka suku bunga bisa diturunkan sesuai timeline yaitu Desember. Hal ini baik untuk pasar saham secara general," ujarnya, dalam keterangan Senin (1/7/2024).

Terkait sentimen HSBC yang menurunkan peringkat saham Indonesia menyusul Morgan Stanley, HSBC Holding Plc menurunkan rating saham Indonesia dari overweight menjadi neutral buntut risiko tekanan earning karena tingginya suku bunga dań lemahnya rupiah serta ketidakpastian kebijakan pemerintah karena potensi pergantian kabinet yang akan berlangsung dalam jangka pendek ini.

"Hal ini tentunya berdampak negatif terhadap potensi arus modal asing yang bisa masuk ke pasar modal Indonesia," jelas Angga.

Selanjutnya, ada sentimen cukup menarik yang masih akan memengaruhi market dalam beberapa minggu ke depan yakni sentimen potensi perpanjangan restrukturisasi kredit Covid-19. Diketahui, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengusulkan kebijakan restrukturisasi kredit terdampak Covid-19 yang seharusnya selesai pada Maret 2024 diperpanjang hingga 2025.

OJK mengatakan sebelum pengambilan keputusan pencabutan program restrukturisasi Maret kemarin telah melakukan serangkaian penghitungan dari segi kecukupan modal hingga Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN). Pihaknya juga mengawal dan memperhatikan agar kebijakan ini tidak mengganggu likuiditas dan kapasitas pertumbuhan kredit.

"Jika jadi diterapkan perpanjangannya, ini bisa menjadi katalis positif untuk sektor perbankan," ujar Angga.

Sentimen terakhir yakni window dressing akhir kuartal 2. Angga menjelaskan IHSG bergerak naik hampir 2 persen pada perdagangan hari Jumat seiring momentum tutup kuartal kedua dan semester 1 tahun 2024. 

"Inflow asing mencapai 2,1T pada Jumat lalu. Konsistensi masuknya asing harus dilihat di minggu ini untuk meyakinkan pelaku pasar, apakah investor asing sudah mulai masuk kembali seiring meredanya inflasi AS dan potensi pemotongan suku bunga."

Terkait potensi market pada 1-5 Juli 2024, Angga mengimbau para trader untuk memerhatikan dua sentimen lagi selain potensi perpanjangan restrukturisasi kredit Covid-19 yang akan memengaruhi pergerakan IHSG, yakni inflasi Indonesia dan gerak Rupiah dan foreign.

Inflasi Indonesia pada Juni diprediksi turun ke 2,7 persen seiring tekanan harga pangan yang sudah mulai menurun, sementara itu terkait gerak Rupiah dan foreign, pada minggu ini gerak IHSG akan bergantung pada pergerakan dari rupiah terhadap dollar yang diperkirakan akan mulai stabil seiring prospek pemotongan suku bunga karena data inflasi AS yang kembali melandai.

"Kembali masuknya investor asing ke saham-saham big caps juga dinantikan pelaku pasar seiring stabilnya nilai tukar. Diharapkan, terjadi pemotongan suku bunga di bulan Desember nanti. Adapun rentang USD-IDR di 16.280 - 16.450."

Berkaca pada sejumlah data ekonomi dan sentimen minggu ini, IPOT merekomendasikan 3 saham ini untuk trading pada minggu ini hingga Jumat, 5 Juli 2024.

1. Buy BMRI (Support 5.925, Resist 6.550) - Potensi diperpanjangnya restrukturisasi kredit Covid sampai 2025 menjadi angin positif untuk sektor perbankan karena akan memengaruhi kinerja sektor perbankan.

2. Buy SMGR (Support 3.560, Resist 4.100) - IDX Basic yang menjadi salah satu sektor penopang indeks di minggu kemarin berpotensi berlanjut dengan SMGR sebagai salah satu anggota IDX Basic.

3. Buy on Breakout BUKA (Support 137, Resist 152) - Terdapat akumulasi salah satu broker dan berpotensi breakout resistance 142 dalam jangka pendek. Prospek inflasi Indonesia yang kembali menurun juga membuka peluang penurunan suku bunga dalam jangka menengah dan menguntungkan emiten seperti BUKA.

Dian Fath Risalah

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement