REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berita tentang sebuah gereja di Meksiko yang menjual sebidang tanah di surga mengambil alih media sosial pada pekan ini setelah para influencer mengunggahnya di TikTok. Dikutip dari laman NDTV pada akhir Juni 2024, gereja tersebut menjadi viral karena menawarkan kavling tanah di surga kepada para jemaatnya.
Gereja Iglesia del Final de los Tiempos yang berarti Gereja Akhir Zaman mengeklaim telah menerima persetujuan "Ilahi" untuk menjual tanah di surga dengan harga 100 dolar (sekitar Rp 1,6 juta) per meter persegi. Pembayaran dapat dilakukan melalui American Express, Apple Pay, atau metode pembayaran lainnya.
“Saya berharap seorang pendeta mau menjual kepada saya sebidang tanah di surga. Saya akan mengirim dia ke sana dan megontaknya melalui FaceTime sehingga saya bisa melihat apa yang saya beli,” kata salah satu warganet.
"Aku perlu tahu siapa yang berdonasi agar aku bisa memberi tahu mereka bahwa aku menawarkan diskon untuk tanah di surga," komentar yang lain.
Pendeta gereja, yang tidak disebutkan namanya, mengatakan bahwa dia berbicara dengan Tuhan pada 2017 dan menerima izin untuk menjual tanah di surga. Dia mengeklaim bahwa kavling tanah tersebut akan terletak di dekat istana Tuhan dan akan memberikan tempat yang indah dan damai bagi para jemaatnya di alam baka.
Penawaran ini menjadi kontroversi di media sosial. Banyak orang yang mengolok-olok gagasan tersebut, sementara yang lain mempertanyakan motif pendeta tersebut. Beberapa orang berpendapat bahwa pendeta tersebut hanya mencoba untuk mengambil keuntungan dari jemaatnya. Yang lain percaya bahwa dia benar-benar percaya bahwa dia dapat menjual tanah di surga.
Gereja Iglesia del Final de los Tiempos dikenal dengan aksi-aksinya yang sensasional pada masa lalu. Pada 2019, gereja tersebut mengadakan "pemakaman simbolis" untuk setan.
Pendeta gereja tersebut mengatakan bahwa dia telah menerima banyak minat dari orang-orang yang ingin membeli kavling tanah di surga.
Beberapa orang telah mengkritik tawaran gereja tersebut sebagai tindakan eksploitatif dan tidak bermoral.
Ikuti Whatsapp Channel Republika