Kamis 04 Jul 2024 22:38 WIB

Polda Sumbar Klaim Bongkar Handphone AM, Ini Isi Percakapannya di WA

Polda Sumbar kaget dengan temuan isi percakapan AM.

Rep: Bambang Noroyono/ Red: Muhammad Hafil
 Polda Sumbar kaget dengan temuan isi percakapan AM. Foto:  Kapolda Sumatra Barat, Irjen Pol Suharyono.
Foto: Republika/ Febrian Fachri
Polda Sumbar kaget dengan temuan isi percakapan AM. Foto: Kapolda Sumatra Barat, Irjen Pol Suharyono.

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG --Sosok A (16 tahun), saksi-korban yang menyampaikan kepada kepolisian bahwa anak AM (13 tahun) akan melompat dari Jembatan Kuranji, adalah sebagai kepala geng tawuran di Kota Padang. Kapolda Sumatera Barat (Sumbar) Inspektur Jenderal (Irjen) Suharyono menilai anak AM, merupakan bocah salah pergaulan. Namun begitu, kata Suharyono pada Sabtu (8/6/2024) malam, dan Ahad (9/6/2024) subuh, anak AM yang mengajak A ikut tawuran. 

Suharyono mengungkapkan hal tersebut, setelah tim penyidik Polda Sumbar berhasil membuka ponsel milik anak AM. Kata Suharyono, alat bukti handphone (Hp) milik anak AM tersebut, selama ini memang tak bisa dibuka karena ber-password. “Password-nya awalnya kita nggak tahu. Tapi setelah dicoba, ternyata tanggal lahir Afif (AM) itu passwordnya, dan akhirnya baru terbuka,” kata Suharyono saat dihubungi wartawan dari Jakarta, Kamis (4/7/2024).

Baca Juga

Kata Suharyono, setelah melihat seluruh informasi yang ada dalam Hp anak AM, pihak kepolisian merasa kaget. Karena dikatakan dia, bocah kelas-1 SMP Muhammadiyah-5 Kota Padang tersebut yang memang mengajak, dan merencankan untuk tawuran. “Dan itu baru bikin kami kaget, wah, ternyata Afif (AM) itu sudah ada percakapan dengan Adithya (A) itu memang yang mengajak tawuran itu, malah Afif Maulana (AM) itu,” begitu ujar Kapolda.

Dari penelusuran lebih dalam, kata Suharyono, tim penyidiknya, pun menyalin semua percakapan antara anak AM dan A yang berada di ponsel milik anak AM. Dari pendalaman percakapan itu, kata Suharyono, kepolisian mencoba menyusun kronologis rencana tawuran itu. Dikatakan  adanya video anak AM yang dikirimkan ke A. Dalam video tersebut, kata Suharyono, anak A tergambar membawa persenjataan yang diduga untuk tawuran.

“Menggambarkan bahwa Afif Maulana membawa pedang, jam 10 (8/6/2024) itu menanyakan dulu ke Adithya, ‘ada tawuran nggak malam ini’,” begitu ungkap Suharyono.

Kata Kapolda, A merespons video kiriman anak AM tersebut untuk janji ketemuan. “Kemudian percakapan kelihatan di Hp, dan sudah saya skrinsut juga, akhirnya dijawab (oleh A), ‘kamu (AM) ke rumah dulu saja’,” ujar Suharyono. Jenderal polisi bintang dua itu menduga, setelah komunikasi tersebut, anak AM keluar rumah menuju lokasi A. Dan menurut Suharyono saat anak AM bertemu di rumah A, keduanya sempat masak dan makan bersama. “Sebelum akan tawuran itu yang disebut bikin supermie dulu di rumah (A). Sehabis bikin supermie, langsung berangkat jam setengah dua malam itu (9/6/2024 dini hari). Itu sudah jelas kami duga mau berangkat tawuran,” kata Suharyono.

Suharyono menerangkan, rangkaian komunikasi temuan kepolisian di Hp milik anak AM, pun dikonfirmasi kepada A. Dan A, kata Suharyono memang mengaku bahwa tujuan keluyuran malam sampai dini hari dengan anak AM itu bukan dalam rangka berpesta, atau nonton bola seperti yang selama ini disampaikan LBH Padang, maupun pihak keluarga. “Wong itu juga ada di pengakuan Adithya itu, kan dia (A) ketua kelompok gangster itu. Kan salah pergaulan si Afif Maulana itu. Salah memilih teman,” ujar Suharyono. Dia melanjutkan rangkaian kronologis versi kepolisian itu yang menyebutkan A yang memboncengi anak AM dengan sepeda motor menuju titik kumpul untuk mencari imbang tawuran.

“Berangkat mereka menuju sasaran dengan 25 sampai 50 motor kurang lebih pesertanya mau menghantam gangster lawan,” begitukata Suharyono. Dan rencana tawuran tersebut diketahui langsung oleh personel Sabhara yang sejak Sabtu (8/6/2024) malam sudah melangsungkan patroli keamanan rutin di Kota Padang. “Dan polisi (Sabhara) berhasil mencegah terjadinya tawuran itu dengan menangkap anak-anak yang membawa senjata tajam itu,” begitu ujar Suharyono. Saat penangkapan tersebut, kata Suharyono, personel patroli merasa tak punya pilihan untuk menghadapi situasi yang berhadap-hadapan dengan kelompok bersajam.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement