Selasa 09 Jul 2024 11:38 WIB

Bahayanya Lupa Bersyukur yang Bisa Datangkan Azab, Begini Penjelasan Alquran

Mensyukuri rahmat Allah bisa dilakukan dengan berbagai cara.

Rep: Muhyiddin/ Red: A.Syalaby Ichsan
Warga Arab Saudi memakai payung saat Kota Mekkah diguyur hujan, Senin (17/6/2024). Kota Mekkah diguyur hujan deras. Peristiwa langka itu terjadi pada Senin (17/6/2024) pukul 16.00 Waktu Arab Saudi (WAS), bersamaan dengan jamaah haji melakukan mabit di Mina dan melontar jumroh. Warga Saudi menyambut hujan dengan turun ke jalan sembari berdoa.
Foto: Hendri Lukmanul Hakim/MCH
Warga Arab Saudi memakai payung saat Kota Mekkah diguyur hujan, Senin (17/6/2024). Kota Mekkah diguyur hujan deras. Peristiwa langka itu terjadi pada Senin (17/6/2024) pukul 16.00 Waktu Arab Saudi (WAS), bersamaan dengan jamaah haji melakukan mabit di Mina dan melontar jumroh. Warga Saudi menyambut hujan dengan turun ke jalan sembari berdoa.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Bersyukur di kala susah adalah sebuah sikap yang sangat mulia dan penuh dengan kebijaksanaan. Meskipun situasi sedang tidak menguntungkan, seorang hamba dianjurkan untuk tetap bersyukur mengingat masih banyak nikmat yang diberikan Allah SWT kepadanya. 

Bersyukur dapat mengingatkan kita bahwa di balik setiap kesulitan, ada pelajaran berharga dan kesempatan untuk tumbuh dan berkembang. Namun, jika seorang hamba lupa bersyukur bisa jadi ia akan mendapatkan azab dari Allah 

 

Dalam Alquran sendiri umat Islam telah diingatkan agar tetap bersyukur. Allah SWT berfirman: 

 

وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ

 

Artinya: "(Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras.” (QS Ibrahim ayat 7)

 

Berdasarkan Tafsir Tahlili Kemenag, dalam ayat ini Allah SWT kembali mengingatkan hamba-Nya untuk senantiasa bersyukur atas segala nikmat yang telah dilimpahkan-Nya. Bila mereka melaksanakannya, maka nikmat itu akan ditambah lagi oleh-Nya. 

 

Sebaliknya, Allah juga mengingatkan kepada mereka yang mengingkari nikmat-Nya, dan tidak mau bersyukur bahwa Dia akan menimpakan azab-Nya yang sangat pedih kepada mereka.

 

Mensyukuri rahmat Allah bisa dilakukan dengan berbagai cara. Pertama, dengan ucapan yang setulus hati; kedua, diiringi dengan perbuatan, yaitu menggunakan rahmat tersebut untuk tujuan yang diridhai-Nya.

 

Dalam kehidupan sehari-hari, dapat kita lihat bahwa orang-orang yang dermawan dan suka menginfakkan hartanya untuk kepentingan umum dan menolong orang, pada umumnya tak pernah jatuh miskin ataupun sengsara. Bahkan, rezekinya senantiasa bertambah, kekayaannya makin meningkat, dan hidupnya bahagia, dicintai serta dihormati dalam pergaulan. 

 

Sebaliknya, orang-orang kaya yang kikir, atau suka menggunakan kekayaannya untuk hal-hal yang tidak diridhai Allah, seperti judi atau memungut riba, maka kekayaannya tidak bertambah, bahkan lekas menyusut. Di samping itu, ia senantiasa dibenci dan dikutuk orang banyak, dan di akhirat memperoleh hukuman yang berat.

 

Di ayat selanjutnya, Allah SWT juga berfirman: 

 

وَقَالَ مُوْسٰٓى اِنْ تَكْفُرُوْٓا اَنْتُمْ وَمَنْ فِى الْاَرْضِ جَمِيْعًا ۙفَاِنَّ اللّٰهَ لَغَنِيٌّ حَمِيْدٌ

 

Artinya: Musa berkata, “Jika kamu dan siapa pun yang ada di bumi semuanya kufur (atas nikmat Allah), sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya lagi Maha Terpuji". (QS Ibrahim ayat 7). 

 

Dalam ayat ini, Allah SWT menjelaskan ucapan Nabi Musa AS ketika ia mengatakan kepada kaumnya, bahwa seandainya mereka dan orang-orang yang ada di bumi ini semuanya kafir kepada Allah dan mengingkari nikmat dan rahmat-Nya, hal ini tidak akan mengurangi kebesaran dan keagungan-Nya. 

 

Sebab, Allah swt Mahakaya, dan Terpuji, tidak memerlukan ucapan syukur mereka dan tidak membutuhkan amalan kebajikan mereka untuk kepentingan dirinya atau untuk menambah kebesaran dan kemuliaan-Nya. Kekafiran mereka itu akan merugikan diri sendiri, karena Allah tidak menambah nikmat dan rahmat kepada mereka. Firman Allah:

 

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهٖ ۙوَمَنْ اَسَاۤءَ فَعَلَيْهَا ۗوَمَا رَبُّكَ بِظَلَّامٍ لِّلْعَبِيْدِ 

 

Artinya: "Barang siapa mengerjakan kebajikan maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barang siapa berbuat jahat maka (dosanya) menjadi tanggungan dirinya sendiri. Dan Tuhanmu sama sekali tidak menzalimi hamba-hamba (Nya)". (QS Fussilat [41]: 46)

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement