REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kisah tentang Firaun muncul di berbagai ayat dalam Alquran. Pemimpin negeri Mesir pada zaman Nabi Musa AS itu merupakan sosok yang zalim, tiran, dan kejam. Bahkan, ia dengan sesumbar mengaku sebagai tuhan.
Firaun yang menindas Bani Israil ini mendapatkan azab dari Allah SWT. Ia dan balatentaranya tewas usai tenggelam di Laut Merah. Sebelum ajal menjemput, mereka sedang mengejar Nabi Musa AS dan para pengikutnya.
Di detik-detik akhir hidupnya, Firaun sempat mengucapkan kesaksian yang penting. Ia berkata, "Aku beriman bahwa tiada tuhan selain yang diimani oleh kaum Bani Israil.”
Namun, sebelum tuntas menyelesaikan kalimat tauhid, mulut pemimpin zalim ini sudah disumpal dengan tanah. Yang melakukannya adalah Malaikat Jibril.
Fakta ini terungkap dalam sebuah hadis Nabi Muhammad SAW. Seperti diriwayatkan oleh al-Tirmidzi dari jalur Ibnu ‘Abbas, Rasulullah SAW pada suatu ketika mengisahkan perihal Firaun kepada para sahabat beliau.
"Pada waktu Allah menenggelamkan Firaun, ia mengucapkan, “Aku beriman bahwa tiada tuhan kecuali yang diimani kaum Bani Israil” (seperti disebut dalam Alquran surah Yunus ayat ke-90 --Red)."
Kemudian, Malaikat Jibril datang kepada Nabi SAW dan berkata, “Wahai Muhammad, seandainya saja engkau melihatku! Waktu itu, aku mengambil tanah hitam dari dasar lautan dan memasukkannya ke dalam mulut Firaun. Sebab, aku takut ia akan diliputi oleh rahmat (karena mengucapkan kalimat tauhid).”
Dalam riwayat lain, disebutkan sebagai berikut. Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya, Malaikat Jibril memasukkan tanah ke dalam mulut Firaun karena takut ia mengucapkan 'Laa ilaaha illa Allah' atau Jibril takut Allah akan merahmatinya."
Dalam sebuah ceramahnya, KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha mengatakan, hadis tersebut menunjukkan, malaikat pun tidak jauh berbeda dengan orang. Makhluk yang diciptakan dari cahaya itu juga bisa kesal dengan tingkah polah manusia. Bahkan, sekaliber Jibril pun mengungkapkan kekesalannya.
Ia kesal dengan Firaun, sosok yang telah melampaui batas dalam berbuat kekufuran dan kerusakan di muka bumi. Inilah pula alasannya, Jibril tidak ingin Allah merahmati dan mengampuni penguasa zalim tersebut, yakni apabila penjajah Bani Israil itu berhasil mengucapkan kalimat "Laa ilaaha illa Allah" secara tuntas.
Nabi Musa AS pun menganggap Firaun sebagai sosok yang melampaui batas. Pernah saudara Nabi Harun itu berdoa agar hati tiran tersebut dan bala tentaranya dikunci mati oleh Allah.
وَقَالَ مُوۡسٰى رَبَّنَاۤ اِنَّكَ اٰتَيۡتَ فِرۡعَوۡنَ وَمَلَاَهٗ زِيۡنَةً وَّاَمۡوَالًا فِى الۡحَيٰوةِ الدُّنۡيَا ۙ رَبَّنَا لِيُضِلُّوۡا عَنۡ سَبِيۡلِكَۚ رَبَّنَا اطۡمِسۡ عَلٰٓى اَمۡوَالِهِمۡ وَاشۡدُدۡ عَلٰى قُلُوۡبِهِمۡ فَلَا يُؤۡمِنُوۡا حَتّٰى يَرَوُا الۡعَذَابَ الۡاَ لِيۡمَ
"Dan Musa berkata, 'Ya Tuhan kami, Engkau telah memberikan kepada Firaun dan para pemuka kaumnya perhiasan dan harta kekayaan dalam kehidupan dunia. Ya Tuhan kami, (akibatnya) mereka menyesatkan (manusia) dari jalan-Mu. Ya Tuhan, binasakanlah harta mereka, dan kuncilah hati mereka, sehingga mereka tidak beriman sampai mereka melihat azab yang pedih'" (QS Yunus: 88).
Nasib yang menimpa Firaun itu hendaknya menjadi pelajaran. Di antaranya adalah, pintu tobat bagi seseorang tertutup bila mana ia sedang diazab atau merasakan sakaratul maut, kecuali bahwa Allah menghendaki kebaikan untuknya.