REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Umumnya, manusia di mana pun dan kapan pun selalu melihat harta sebagai sumber kebahagiaan di dunia. Hal itu mungkin wajar. Sebab, siapapun orang tidak bisa menafikan kegunaan materi dalam kehidupannya. Namun, tidak sedikit yang kemudian terseret dalam godaan duniawi sehingga dengan sengaja melawan aturan Allah SWT.
Manusia yang memilih jalan seperti itu akan semakin jauh meninggalkan eksistensi dirinya. Ia akan terus terobsesi mengumpulkan harta yang banyak dan semakin banyak setiap harinya. Akibatnya, nilai-nilai agama dan norma sosial dinilainya menjadi tak berguna.
Sejauh keinginannya bisa dicapai, apa pun cara harus dilakukan. Inilah tipe manusia yang telah mati hatinya. Mereka tak akan pernah sadar akan kekeliruannya hingga ajal pun tiba.
Kondisi ini bisa menimpa siapa saja, baik penguasa, pegawai, pengusaha, ataupun alim ulama. Itulah mengapa, dalam sebuah hadis Nabi Muhammad SAW mengingatkan umat agar berhati-hati pada hal-hal duniawi.
Bagaimanapun, ambisi materiel yang ada pada diri pemimpin jauh lebih berdampak serius dan masif. Alquran memberikan bukti akan hal tersebut.
Simaklah kisah tentang Firaun. Dengan kekuasaannya, raja Mesir itu menghalang-halangi manusia dari jalan Allah. Secara terbuka, ia pun menyatakan perang terhadap utusan-Nya, Nabi Musa AS.
Harta benda dan kekuasaan yang dimiliki Firaun semakin membuatnya gelap mata. Firaun tidak peduli bahwa dirinya hanyalah manusia. Segala yang ada adalah milik Allah dan akan kembali kepada-Nya.
Nabi Musa yang mendapat mandat dari Allah agar memberikan peringatan kepada Firaun. Setelah banyak berdakwah, pada akhirnya saudara Harun AS itu pun tak berdaya.
“Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau telah memberi kepada Firaun dan pemuka- pemuka kaumnya perhiasan dan harta kekayaan dalam kehidupan dunia, ya Tuhan Kami, akibatnya mereka menyesatkan (manusia) dari jalan Engkau. Ya Tuhan kami, binasakanlah harta benda mereka dan kunci matilah hati mereka, maka mereka tidak beriman hingga mereka melihat siksaan yang pedih” (QS Yunus: 88).
Belajar dari kisah Firaun, tahanlah diri kita dari berbuat curang, jahat, ataupun kriminal. Jangan sampai kita termasuk orang yang dibutakan mata-hatinya oleh gemerlap harta dan manisnya kekuasaan di tangan. Padahal, semua itu boleh jadi akan membawa kesengsaraan untuk selama-lamanya di akhirat kelak.
Jangan sampai menjadi manusia yang berwatak Firaun, yakni pikiran dan seluruh perilakunya justru mengundang kemurkaan Allah SWT. Ingatlah, betapa penindas itu mati dalam keadaan yang sangat nista.