REPUBLIKA.CO.ID, RABAT -- Tidak hanya di Indonesia, keputusan sekelompok profesional muda Maroko dan influencer untuk mengunjungi Israel telah memicu kemarahan di negara Afrika Utara. Kemarahan ditujukan kepada pihak berwenang Maroko, termasuk raja, karena tidak memanggil kembali kelompok tersebut sebagai protes atas perang di Gaza.
Akhir pekan lalu, belasan pemuda Maroko mengunjungi Israel dalam upaya nyata untuk menumbuhkan perdamaian. Mereka berbicara dengan diplomat Israel dan mantan diplomat, termasuk Ketua Knesset Amir Ohana.
Profesional muda itu juga mengunjungi situs bersejarah di Yerusalem dan Tepi Barat yang diduduki dan mengunjungi daerah-daerah di Israel selatan yang terkena dampak serangan 7 Oktober.
Kunjungan tersebut hanya mendapat sedikit perhatian dari warga Israel dan Palestina, namun menimbulkan kemarahan di Maroko. Di Maroko, sentimen anti-Israel terus meningkat akibat serangan berdarah Israel selama sembilan bulan di Gaza.
Beberapa warga Maroko, termasuk sumber yang memiliki kontak dekat dengan Raja Mohammed VI, mengatakan kepada Middle East Eye bahwa mereka marah dengan kunjungan delegasi yang dilakukan di tengah upaya gencatan senjata untuk mengakhiri pertempuran.
“Kunjungan tersebut seharusnya dibatalkan, dan media Israel seharusnya tidak mengiklankannya sekeras yang mereka lakukan,” kata sumber politik tersebut kepada MEE yang tidak mau disebutkan namanya karena dia tidak berwenang untuk berbicara kepada media.
“Peristiwa tersebut [terjadi] pada saat seruan untuk melakukan gencatan senjata semakin meningkat, baik secara regional maupun internasional. Tindakan ini tidak akan membantu citra Maroko baik di dalam negeri, maupun secara regional,” tambah sumber tersebut.
Beberapa video dari perjalanan delegasi tersebut menjadi viral di media sosial, memicu kemarahan di antara semakin banyak warga Maroko yang menyerukan pembalikan proses normalisasi.
Salah satu video menunjukkan delegasi bernyanyi dan menari bersama warga Israel di sebuah hotel, sementara video lainnya menunjukkan kelompok tersebut mengunjungi pasar makanan di Yerusalem, di mana mereka terlihat mempromosikan masyarakat Israel atas kehangatan dan toleransinya.