Senin 29 Jul 2024 11:46 WIB

Program Makan Bergizi Gratis Bisa Turunkan Angka Prevalensi Stunting?

Dibutuhkan langkah insentif dan masif dalam menurunkan angka prevalensi stunting.

Rep: Eva Rianti, Bayu Adji P / Red: Gita Amanda
Agenda Economic Gathering
Foto: Eva Rianti/Republika
Agenda Economic Gathering

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Didik J Rachbini menyoroti program Presiden terpilih Prabowo Subianto mengenai makan bergizi gratis, kaitannya dengan dampak bagi anak-anak sebagai generasi emas 2045 mendatang. Menurutnya, program tersebut mestinya bisa menekan angka prevalensi stunting secara lebih agresif.

Hal itu disampaikan Didik dalam agenda agenda Economic Gathering 'The Urgency of Investing in Children during Prabowo Presidency' yang digelar INDEF di kawasan Jakarta Pusat, Senin (29/7/2024). 

Baca Juga

Didik menerangkan ada sebanyak 80 juta penduduk anak-anak di Indonesia, kesemuanya menjadi bagian dari angkatan kerja pada 2045 mendatang. Sehingga menurutnya, perhatian pada kalangan tersebut merupakan investasi SDM bagi Indonesia yang jauh lebih penting dibandingkan investasi-investasi jenis lain. 

Kemudian, dia merelasikan hal itu dengan update data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) yang menunjukkan angka stunting di Indonesia. Data menunjukkan memang dalam kurun waktu 5 tahun terakhir angka prevalensi stunting menurun signifikan, yakni pada 2019 sebesar 27,6 persen sedangkan pada 2023 menjadi 21,5 persen. 

Kendati secara kasat mata menurun, sebenarnya penurunan pada 2023 hanya 0,1 persen. Sehingga dibutuhkan langkah insentif dan masif dalam menurunkan angka prevalensi stunting.

"Ini senada dengan kebijakan Prabowo yaitu pemberian berbagai asupan bergizi bagi ibu hamil dan balita serta makan bergizi gratis. Dengan adanya program-program tersebut ada optimisme penurunan angka prevalensi stunting yang lebih cepat dan mencetak generasi emas yang lebih baik di masa yang akan datang," kata Didik dalam agenda diskusi INDEF. 

Lebih lanjut, Didik mengatakan, apalagi isu terbaru adanya lonjakan kasus gagal ginjak pada anak yang bersumber dari asupan makanan tidak sehat dan rendah gizi. "Ini jadi perhatian utama Presiden terpilih untuk memastikan anak tumbuh lebih baik," ujarnya.

Dia melanjutkan, untuk bisa mencapai Indonesia Emas 2045 yang inklusif, maka semestinya tidak ada anak tertinggal. "Sinergi pemerintah dengan berbagai pihak dibutuhkan untuk mencapai Indonesia Emas 2045. Dengan investasi melalui bauran kebijakan dan kolaborasi visi Indonesia Emas 2045 dapat dicapai melalui presiden yang baru," tutupnya.

 Uji coba makan siang gratis... (baca di halaman selanjutnya)

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement