Selasa 30 Jul 2024 05:17 WIB

'Pemanfaatan Artificial Intelligence Secara Tepat Bisa Cegah Aksi Teror'

Pengambilan kesimpulan secara cepat sering jadi penentu pengungkapan kasus kriminal.

Red: Fernan Rahadi
Ilustrasi Terorisme
Foto: Republika/Mardiah
Ilustrasi Terorisme

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Teknologi Artificial Intelligence atau yang sering disebut dengan AI telah menjadi suatu disrupsi budaya dan peradaban manusia dengan berbagai kemudahan yang ditawarkannya. Sayangnya, kemudahan yang ditawarkan AI disalahgunakan oleh pihak-pihak tertentu untuk memfasilitasi sebaran konten dengan muatan yang menyesatkan.

Ketua PBNU Bidang Media, IT & Advokasi  H. Mohamad Syafi' Alielha atau yang akrab disapa dengan Savic Ali, mengatakan bahwa AI telah menjadi daya tarik bagi banyak pihak di dunia. Menurutnya, AI sebenarnya telah dikembangkan sejak beberapa tahun silam, salah satunya untuk keperluan surveillance atau pengawasan terhadap potensi terjadinya kejahatan.

"Beberapa jenis keperluan seperti pelacakan kartu kredit, catatan pembelian tiket pesawat, atau yang sejenisnya, dapat digunakan menjadi data pendukung dalam pengambilan kesimpulan. Namun, kemampuan manusia tentu sangat terbatas dalam hal ini karena begitu banyaknya data yang harus diperiksa dalam kurun waktu yang sangat singkat," kata Savic Ali, Kamis (25/7/2024).

Ia menjelaskan pula, bahwa kemampuan pengambilan kesimpulan secara cepat seringkali jadi faktor penentu pengungkapan kasus kriminal. Hal ini bertujuan agar penegak hukum tidak kecolongan oleh para pelaku kejahatan yang menutupi perbuatannya terlebih dulu, sebelum berhasil diungkap dan dibuktikan.