Kamis 01 Aug 2024 08:40 WIB

RSHS Bandung Ungkap Pola Hidup dan Makan yang Salah Picu Risiko Penyakit Ginjal Kronik

Kasus penyakit ginjal kronik pada anak disebabkan kelainan struktur saluran kencing

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Arie Lukihardianti
Junk food atau makanan tidak sehat. Ilustrasi
Foto: Greatist
Junk food atau makanan tidak sehat. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung mengungkapkan pola hidup dan pola makan yang salah yang berkepanjangan dapat memicu risiko tiga penyakit yaitu ginjal kronik, diabetes mellitus dan hipertensi. Salah satunya yaitu mengkonsumsi minuman manis dan mengkonsumsi garam secara berkepanjangan serta junk food.

"Apabila kita pola makan yang salah, pola hidup yang salah dalam jangka panjang mengakibatkan penyakit berisiko penyakit ginjal kronik, hipertensi, diabetes mellitus itu adalah penyakit orang dewasa," ujar Ketua Divisi Nefrologi KSM Ilmu Kesehatan Anak RSHS, Prof Dany Hilmanto belum lama ini.

Baca Juga

Ia pun ingin meluruskan terkait kasus penyakit ginjal kronik yang terjadi di kalangan anak-anak dipicu bukan karena banyak mengkonsumsi minuman manis atau konsumsi garam berlebih. Namun, kasus penyakit ginjal kronik pada anak disebabkan kelainan struktur saluran kencing dan kemih.

Selain itu, kata dia, penyakit ginjal kronik pada anak terjadi karena kondisi autoimun yang penyebabnya belum dapat diketahui. "Paling penting adalah yang menjadi mis persepsi di masyarakat sehingga orang mengatakan kenapa ini banyak makan manis banyak makan garam bisa mengakibatkan cuci darah sebetulnya tidak demikan," kata dia.

Dany mengatakan apabila mengkonsumsi junk food secara terus menerus risiko pertama yang berpotensi terkena penyakit yaitu hipertensi dan kegemukan menjadi diabetes mellitus. "Perlu waktu panjang puluhan tahun untuk menjadi hipertensi dan menjadi ginjal kronik," kata dia.

Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung membeberkan kasus anak yang harus menjalani cuci darah di Jawa Barat. Mereka menyebut tidak terdapat kenaikan atau penurunan dalam kasus tersebut.

"Tidak ada peningkatan atau penurunan untuk kasus anak dengan ginjal kronik dengan cuci darah rutin itu 10-20 anak per bulan," ujar staf divisi Nefrologi KSM Ilmu Kesehatan Anak RSHS dr Ahmedz Widiasta.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْاٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.

(QS. Al-A'raf ayat 27)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement