Kamis 01 Aug 2024 11:36 WIB

Alquran Gunakan Perumpamaan, Apa Maknanya?

Ada hikmah di balik pelbagai perumpamaan yang digunakan Alquran.

Ilustrasi Alquran
Foto: Republika.co.id
Ilustrasi Alquran

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada banyak metode untuk memahami sesuatu. Salah satunya dengan ibarat atau perumpamaan. Cara itu pun tampak dalam Alquran.

Ibnu Qayyim al-Jauziyah dalam karyanya, Al-Amtsal fil Qur’an mengatakan, Kitabullah mengandung banyak perumpamaan. Hal itu tidak akan diketahui kecuali oleh orang-orang yang berilmu. Perumpamaan merupakan persamaan antara sebuah hal dan hal lainnya yang dari sisi hukum atau penalaran dapat dimengerti.

Baca Juga

Manaaul Qathan dalam Mabathits fi Ulumil Qur’an menyebutkan beberapa hikmah adanya perumpamaan dalam Alquran. Pertama-tama, pengibaratan adalah cara untuk memberikan peringatan dan pelajaran kepada manusia. Di samping itu, metode demikian juga dapat menyingkap hakikat sesuatu yang semula tidak terasa, tetapi kemudian menjadi sangat jelas.

Nyala api

Dalam surah al-Baqarah ayat 17, Allah berfirman, yang artinya, “Perumpamaan mereka seperti orang-orang yang menyalakan api. Setelah menerangi sekelilingnya, Allah melenyapkan cahaya (yang menyinari) mereka dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat.”

Ayat tersebut mengibaratkan petunjuk kebenaran dari Allah Ta’ala sebagai nyala api. Adapun kaum yang semula menerima cahaya itu adalah kaum munafik.

Maknanya adalah, Allah telah memberikan kepada mereka petunjuk kebenaran. Namun, kaum yang fasik itu tidak berpegang teguh pada petunjuk tersebut sehingga pantaslah terjemurus dalam kebimbangan dan kesesatan.

Air hujan

Dalam surah Yunus ayat 24, Allah mengibaratkan kehidupan dunia seperti halnya air hujan. Artinya, “Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, hanya seperti air (hujan) yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah tanaman-tanaman bumi dengan subur (karena air itu), di antaranya ada yang dimakan manusia dan hewan ternak.

Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan berhias, dan pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya (memetik hasilnya), datanglah kepadanya azab Kami pada waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan (tanaman)nya seperti tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin.”

Disabilitas

Sementara itu, dalam surah Hud ayat 24 Allah membandingkan antara kaum kafir dan Mukmin. Yang satu diibaratkannya sebagai orang yang mengalami disabilitas. Arti ayat tersebut, “Perumpamaan kedua golongan (orang kafir dan mukmin), seperti orang buta dan tuli dengan orang yang dapat melihat dan dapat mendengar. Samakah kedua golongan itu? Maka tidakkah kamu mengambil pelajaran?”

Mereka yang buta dan tuli berarti tidak dapat menggunakan indranya dengan sempurna. Kehilangan penglihatan dan pendengaran menyebabkan ketidakmampuan dalam menyaksikan kebenaran yang sampai kepadanya. Disabilitas itu tak sekadar dimaknai lahiriah, tetapi utamanya batin. Yakni, hati yang tertutup dari cahaya petunjuk Illahi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement