KINGDOMSRIWIJAYA – Letaknya berjarak sekitar 130 km dari Bandar Lampung ibu kota Provinsi Lampung, nama daerahnya Kabupaten Tulang Bawang Barat kerap disingkat Tubaba. Sebagai daerah adminitratif, Kabupaten Tubaba merupakan pemekaran dari Kabupaten Tulang Bawang.
Pemekaran daerah ini berdasarkan UU Nomor 50 Tahun 2008 tanggal 26 November 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Tulang Bawang Barat di Provinsi Lampung. Tanggal 3 April 2009 daerah menjadi daerah otonom yang diresmikan Menteri Dalam Negeri Mardiyanto atas nama Presiden RI.
Dari Kabupaten Tubaba, setiap tahun selalu digelar even kesenian bertajuk “Tubaba Art Festival”. Sebuah festival seni yang menampilkan beragam ekspresi seni dengan melibatkan berbagai komunitas seni yang ada di daerah itu juga artis, musisi, penari, koreagrafer dan penggiat seni yang berasal dari luar kabupaten tersebut. Mereka berkolaborasi menampil pementasan dan pertunjukan teater, tari, musik, seni rupa, sastra, hingga film. Juga ada workshop senin dan budaya yang dipusatkan Amphi Theatre Kota Budaya Ulluan Nughik.
Tubaba Art Festival 2024 yang festival ke 8 berlangsung 1 – 3 Agustus 2024 dan telah dibuka Penjabat (Pj) Gubernur Lampung Samsudin di Amphitheater Kota Budaya Uluan Nughik, Kabupaten Tulang Bawang Barat.
Pj Gubernur Samsudin mengapresiasi kegiatan tahunan dan gelaran istimewa bagi masyarakat Tulang Bawang Barat ini sebagai wadah bagi pengembangan kreativitas dan perekonomian lokal.
“Dengan penuh rasa bangga dan sukacita, saya menyambut kedatangan hadirin sekalian di Tubaba Art Festival ini. Saya berharap festival ini tidak hanya menjadi ajang apresiasi seni budaya tetapi juga menjadi wadah bagi pengembangan kreativitas dan perekonomian lokal”, katanya.
Perlu dicatat, Tubaba Art Festival telah masuk dalam agenda Karisma Event Nusantara (KEN) dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Tubaba Art Festival tahun ini mengusung tema “Self and Space: Festivity From The Kitchen”.
Samsudin optimis Tubaba Art Festival selalu menjadi magnet bagi ribuan pengunjung untuk datang ke daerah ini, dengan rata-rata 3.000 penonton setiap tahunnya yang datang dari berbagai wilayah di Provinsi Lampung dan Pulau Jawa.
“Berarti kegiatan ini harus terus dilakukan agar supaya banyak orang yang datang. Kalau banyak orang yang datang, maka putaran ekonomi pun semakin banyak dan kalau putaran ekonomi semakin banyak, maka pada saat itu kemakmuran dan kesejahteraan akan semakin meningkat”, katanya pada pembukaan festival yang dihadiri Direktur Event Daerah Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Reza Fahlevi dan Pj Bupati Tulang Bawang Barat M Firsada dan Anggota DPD Abdul Hakim.
Menurut Samsudin, Tubaba Art Festival yang mengusung pluralitas kesenian yang ditampilkan, ditambah dengan berbagai kegiatan yang menarik, menjadikannya pilihan utama untuk wisata pendidikan dan keluarga.
“Tubaba Art Festival ini menyuguhkan dan memanjakan mata penonton dengan berbagai karya seni rupa, pertunjukan tari, teater, pertunjukan musik, serta beragam workshop”, ujarnya.
Sementara itu, Direktur Event Daerah Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Reza Fahlevi mengapresiasi Pemerintah Provinsi Lampung dan Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang Barat karena Tubaba Art Festival kembali terpilih dalam KEN.
“Tubaba Art Festival termasuk dalam 110 even terbaik di Indonesia. Tentu ini karena komitmen Bupati dan juga tim Tubaba Art Festival menyusun konsep yang baik sehingga terpilih untuk yang kedua kalinya”, ujar Reza.
Menurutnya Direktur Event Daerah Kemenparekraf, Tubaba Art Festival disusun dengan konsep yang sangat kuat dengan berbasis budaya seni tradisi dan keunikan yang dimiliki oleh Tulang Bawang Barat. “Jadi konsepnya sangat kuat, apalagi didukung dengan venue yang sangat luar biasa. Kita sejak pagi tadi sudah keliling melihat berbagai venue yang ada di Tubaba, tidak banyak kabupaten kota yang punya aset seperti ini, ini sangat luar biasa”, katanya.
Pada kesempatan itu Pj Bupati Tulang Bawang Barat M Firsada meraih piagam penghargaan dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Workshop Keramik
Panitia Tubaba Art Festival 2024 telah mempersiapkan sejumlah agenda kesenian dan budaya yang siap ditampilkan. Akan ada workshop tikew bersama ibu-ibu penganyam tikew (tikar), Tiyuh Ratu. Workshop akan diselenggarakan 3 Agustus 2024 di Tiyuh-tiyuh Uluan Nughik dan gratis. Tikew sendiri sarat dengan unsur lokalitas budaya Tubaba yang akan dipamerkan pada pameran instalasi hasil kolaborasi pelaku seni Shirun Chen para penganyam.
Kolaborasi sarat dengan makna lokalitas dan mitologi. Karya pertama, Pun sebagai dewa alam semesta, awal mula segalanya yang kehadirannya seluas kehampaan. Kedua adalah Sang Sri, manusia pertama yang diciptakan Pun, untuk selalu bertanya dan menjelajah sampai mencapai kebijaksanaan. Dan terakhir, Riyah adalah makanan bagi semua tanaman.
Shirun mengungkapkan bahwa, kolaborasi ini tidak membutuhkan terlalu banyak komunikasi verbal, tetapi gerakan puitis yang mengikuti tubuh ketika ibu-ibu menganyam.
“Makanan dan lelucon memainkan peran penting dalam pekerjaan kami, tujuan kami tentu saja bukan hanya bekerja, tetapi bagaimana merawat diri sendiri dan orang lain”, tulisnya pada laman Instagram @tubabaartfestival.
Juga akan ada di Studio Tanoh Nughik, Uluan Nughik workshop keramik dengan dibimbing fasilitator peserta diajak berkreasi dan mengolah tanah liat untuk menghasilkan karya keramik buatan tangan. Workshop ini terbatas untuk 12 orang dengan biaya pengganti bahan Rp100.000. Ini akan menjadi pengalaman yang menyenangkan membuat karya seni dari keramik.
Kemudian Lampung Literature bekerjasama dengan Sekolah Seni Tubaba menyelenggarakan ”Brew Puisi Lampung” pada 3 Agustus 2024 di Selasar Tiyuh-tiyuh, Uluan Nughik, Panaragan. Pengunjung bisa bebas membacakan puisi sendiri atau puisi penyair favoritnya.
Ada juga Workshop Puisi bersama Nissa Rengganis seorang penggerak literasi dari Cirebon yang telah menerbitkan antologi puisi tunggal Manuskrip Sepi (2015), Obituari Puisi (2019), Suara dari Pengungsian ( 2021) dan esai sastra yang terhimpun dalam Pojok Sastra ( 2018).
Nissa Rengganis yang tengah menyelesaikan program doktoral Hubungan Internasional, Universitas Padjajaran dan bekerja sebagai dosen yang saat ini mengelola Rumah Rengganis, rumah buku dan kopi yang menjadi ruang
pertemuan komunitas sastra di Cirebon.
Pada 2 Agustus 2024 di Las Sengok, Tiyuh Karta ada pementasan “Krakatoa: Boom, Homecoming, Cycle Chaos” yang merupakan karya atau showcase Residensi Internasional Sekolah Seni Tubaba yang didukung oleh Dana Indonesiana-LPDP
Akan menampilkan penampil dari Thailand, Jepang, Amerika Serikat dan China. Yang juga melibat sejumlah penari dari Indonesia dengan koreografer Isvhara Devati (Indonesia), Jump Tassakorn (Thailand), Kitamari (Japan) dan Wen-Di Wu (China).
Karya yang ditampilkan adalah sebuah manifestasi dari penelitian artistik dan penciptaan kolektif antara seniman residensi dan seniman lokal di Tubaba. Mengusung konsep eco-empathetic sebagai prisma yang menyoroti keterhubungan manusia dengan ekologi, karya ini diracik dalam dapur alkimia di situs Las Sengok, yang merepresentasikan keterbukaan dan harapan akan hutan plurikultur di masa depan.
Ada pertunjukan musik dari musisi dan komposer Sir Dany ikon musik indie rock Indonesia dan Zeke Khaseli musisi dan komposer yang dikenal dengan eksplorasi musik eksperimentalnya. Serta Anggun Priambodo adalah seorang seniman dan musisi Indonesia yang dikenal dengan karya-karya kreatif dan inovatifnya. Menggabungkan berbagai elemen seni,
Yang tidak kalah penting pada Tubaba Art Festival 2024 adalah hadirnya Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Hilmar Farid yang akan menyampaikan pidato kebudayaan tentang “Kebudayaan sebagai Jalan Masa Depan” pada Jumat, 2 Agustus 2024 di Las Sengok, Tiyuh Karta. (ytr – Lampung/maspril aries)