Sabtu 03 Aug 2024 19:00 WIB

Soal PKB, Gus Yahya: Seperti Mobil Bermasalah, Harus Ditarik Kembali 

Rapat pleno memutuskan agar hubungan PBNU dengan PKB dikaji ulang.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Muhammad Hafil
Ketum PBNU Gus Yahya di Universitas Islam Sultan Agung, Semarang, Sabtu (3/8/2024).
Foto: Kamran Dikarma
Ketum PBNU Gus Yahya di Universitas Islam Sultan Agung, Semarang, Sabtu (3/8/2024).

REPUBLIKA.CO.ID,SEMARANG -- Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya mengisyaratkan bahwa PBNU hendak mengambil alih kembali Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ke pelukan NU. Saat ini PBNU diketahui sedang terlibat perselisihan dengan PKB pasca disetujuinya pembentukan Panitia Khusus (Pansus) Angket Haji oleh DPR RI. 

Saat ditemui awak media seusai menghadiri acara pelantikan Pengurus Wilayah NU (PWNU) Jawa Tengah (Jateng) di Universitas Islam Sultan Agung, Semarang, Gus Yahya sempat ditanyai tentang hubungan PBNU dengan PKB. "Gini ya, itu kan kemarin ada Toyota, itu kan memproduksi mobil. Sudah dilempar ke pasar, sudah laku, ternyata ada kesalahan sistem di mobil itu, maka ditarik kembali mobilnya untuk diperbaiki sistemnya," ujar Gus Yahya merespons pertanyaan tersebut, Sabtu (3/8/2024). 

Baca Juga

Usai melontarkan pernyataan tersebut, Gus Yahya enggan menanggapi pertanyaan lanjutan yang diajukan awak media. Dia kemudian dikawal menuju mobilnya, lalu meninggalkan halaman aula Universitas Islam Sultan Agung. 

Sementara itu ketika memberikan pidato dalam acara pelantikan PWNU Jateng, Gus Yahya sempat menyampaikan bahwa NU tidak boleh berada di bawah partai. "Saya dan teman-teman PBNU sowan kepada Mustasyar KH Mustofa Bisri dan mohon pesan beliau, wasiat beliau kepada kami. Beliau mengatakan 'NU harus berada di atas negara'. Ini pesan dari Mustasyar PBNU," ujarnya. 

Gus Yahya menambahkan bahwa pesan Mustofa Bisri atau Gus Mus bisa diartikan bahwa NU harus mendudukan kepentingannya, mengatasi berbagai macam kepentingan parsial yang ada di Indonesia. Hal itu agar NU bisa tetap berkontribusi menyangga keutuhan bangsa dan negara Indonesia. "Jadi di bawah negara saja tidak boleh, apalagi di bawah partai. Tidak boleh," ucapnya. 

Saat ini PBNU sedang terlibat perselisihan dengan Partai Keadilan Bangsa (PKB). Perselisihan muncul sejak Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar (Cak Imin) yang menjabat sebagai Wakil Ketua DPR RI mendorong Panitia Khusus (Pansus) Angket Haji 2024. Pansus tersebut bertujuan menyelidiki dugaan pelanggaran penyelenggaraan ibadah haji, terutama soal distribusi kuota tambahan haji.

Pansus Haji yang didorong Cak Imin akan secara otomatis menyelidiki Menteri Agama Yaqut Cholil Quomas. Yaqut diketahui merupakan adik Gus Yahya. Gus Yahya mencurigai pembentukan pansus untuk menyelidiki dugaan pelanggaran penyelenggaraan ibadah haji mempunyai motif terselubung. 

"Ini yang kemudian menimbulkan pertanyaan kepada kami, Pansus Haji kemudian menyerang NU. Jangan-jangan ini masalah pribadi gara-gara menterinya adik saya, misalkan. Jangan-jangan karena dia sebetulnya yang diincar PBNU, ketua umumnya kebetulan saya, menterinya adik saya, lalu diincar karena masalah-masalah pribadi begini," kata Gus Yahya kepada awak media seusai rapat pleno PBNU di Jakarta pada 28 Juli 2024 lalu. 

Rapat pleno PBNU memutuskan agar hubungan PBNU dengan PKB dikaji ulang. Gus Yahya kemudian memutuskan membentuk Panitia Khusus PKB. Pansus tersebut dipimpin Wakil Rais Aam PBNU Anwar Iskandar dan Wakil Ketua Umum PBNU Amin Said Husni. Pansus akan memanggil kader PKB dan mantan kader yang masih memiliki hubungan dengan PKB. 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement