REPUBLIKA.CO.ID, NUSANTARA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) dilaporkan siap memimpin upacara peringatan kemerdekaan Republik Indonesia di Ibu Kota Nusantara. Istana Negara dan lapangannya disebut telah siap jadi lokasi pelaksanaan upacara.
“Presiden akan bertindak selaku inspektur upacara pada detik-detik proklamasi dan penurunan bendera sore hari 17 Agustus,” ujar Menko Polhukam Hadi Tjahjanto dalam acara “Dialog Bersama Menko Polhukam, Menkominfo, Pemimpin Redaksi Media Nasional” di IKN, Rabu (7/8/2024).
Menurutnya, Istana Negara yang baru dan lapangannya sudah siap digunakan sebagai lokasi upacara. Menko Polhukam juga menyampaikan bahwa akses ke IKN saat ini sudah siap. “Akses Balikpapan via Samarinda ke IKN butuh 2,5 jam. Nantinya Balikpapan-Pulobalang-IKN bisa ditempuh 1,5 jam.
Ia juga mengeklaim bahwa bangunan kantor aparatur sipil negara (ASN) dan fasilitas-fasilitas lainnya sudah mengalami kemajuan pembangunan yang signifikan. Ia menekankan bahwa pelaksanaan upacara kemerdekaan di IKN akan jadi simbol penting kepindahan ibu kota.
“Upacara HUT RI di IKN tonggak sejarah dan lompatan besar untuk ibukota negara baru. Upacara dan (hadirnya) Presiden jadi simbol keseriusan pemerintah membangun dan didukung masyarakat,” kata dia.
Ketua Satgas Pembangunan IKN dari Kementerian PUPR Danis Sumadilaga menyampaikan, secara total luas OKN adalah 252 ribu meter persegi yang mana 62 ribu meter perseginya adalah daratan. “Ini tiga kali luas Singapura,” kata dia.
Menurutnya, sejumlah persoalan di IKN sudah mulai dipecahkan secara bertahap. Masalah sumber air, misalnya, dipecahkan dengan membanhun bendungan, instalasi air, dan reservoir air.
Saat ini, menurutnya telah disiapkan bangunan rumah untuk 36 menteri. Selain itu, ada 16 bangunan kementerian dan empat kementerian koordinasi. Sementara da 47 tower hunian untuk ASN. “Untuk 17 Agustusan sekitar 12 tower bisa digunakan,” ujarnya. Satu tower akan terdiri dari 12 lantai yang mana satu lantainya terdiri dari lima unit apartemen.
Menurutnya, ibu kota negara sudah selayaknya pindah karena padatnya penduduk dan ekonomi di Jakarta. “Keadaan air, lahan , urbanisasi, degradasi lingkungan,ini alasan utama pindah,” kata dia.