Rabu 07 Aug 2024 19:22 WIB

Yogyakarta Dilanda Bencana Kekeringan, Warga Diminta Waspadai Potensi Kebakaran Lahan

Risiko kebakaran lahan cukup tinggi dengan adanya kekeringan hidrometeorologi.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Karta Raharja Ucu
Salah satu kawasan yang dilanda kekeringan (ilustrasi).
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang/ca
Salah satu kawasan yang dilanda kekeringan (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Tiga kabupaten di DIY yakni Gunungkidul, Kulon Progo, dan Sleman tengah dilanda bencana kekeringan. Bahkan, Pemda DIY melalui Surat Keputusan (SK) Gubernur DIY No.286/KEP/2024 baru saja menetapkan DIY dengan status siaga darurat bencana kekeringan.

Untuk itu, warga diminta mewaspadai potensi kebakaran lahan yang dapat terjadi. Pasalnya, risiko kebakaran lahan cukup tinggi dengan adanya kekeringan hidrometeorologi yang saat ini terjadi di DIY.

“Yang perlu diwaspadai adalah terjadinya kebakaran lahan,” kata Kepala Pelaksana BPBD DIY, Noviar Rahmad, Selasa (6/8/2024).

BPBD DIY sendiri menyebut saat ini belum ada laporan terjadinya kebakaran lahan selama musim kemarau ini. Meski begitu, diharapkan agar warga menghindari kegiatan yang bisa menyebabkan kebakaran, salah satunya dengan tidak membakar sampah, ataupun membuang puntung rokok dan lainnya.

“Belum ada laporan kebakaran, insya Allah tidak terjadi. Namun saat ini kami juga membuat SK terkait siaga (darurat) kekeringan. Apabila terjadi kekeringan maupun kebakaran, kan kita sudah ada SK Gubernur, setelah itu kita bisa mengajukan dana untuk mengantisipasi kekeringan dan kebakaran ke (pemerintah) pusat,” kata Kabid Penanganan Darurat BPBD DIY, Edhy Hartana kepada Republika.

Terkait kekeringan yang saat ini melanda sejumlah wilayah di DIY, Edhy juga mengimbau warga agar bijak menggunakan air bersih. Dikatakan Edhy, daerah yang paling terdampak bencana kekeringan yakni Kabupaten Gunungkidul.

Setidaknya, ada 14 kecamatan yang mengalami kekeringan, dengan delapan kecamatan di antaranya telah dilakukan droping air bersih. “Masyarakat DIY khususnya di Gunungkidul dan juga Kulon Progo yang pada tahap ini terdampak kekeringan, supaya berhemat untuk memakai air setiap harinya. Karena kalau tidak berhemat, kita akan semakin parah (kekeringannya),” ucap Edhy.  

Edhy menuturkan, kekeringan ini diperkirakan akan terjadi hingga awal September 2024 mendatang berdasarkan perkiraan BMKG. Untuk itu, warga diharapkan tidak menggunakan air secara berlebihan, terutama yang tinggal di daerah terdampak kekeringan.

“Kekeringan diprediksi sampai Agustus, bisa merembet sampai awal September kalau dari perkiraan BMKG. Tapi bisa terjadi perubahan,” ungkapnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement