Ahad 11 Aug 2024 22:01 WIB

William Ingram Peduli Melestarikan Wastra Indonesia di NTT

Keunikan para penenun di NTT memiliki ciri khas masing-masing.

Founder Threads of Life, William Ingram berbagi pengalaman melestarikan kain tradisional asal NTT.
Foto: Republika.co.id/Erik PP
Founder Threads of Life, William Ingram berbagi pengalaman melestarikan kain tradisional asal NTT.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Founder Threads of Life, William Ingram membagikan pengalaman kepedulian dalam melestarikan wastra Indonesia di Pameran Gemah Ripah yang diadakan Sarirasa Group pada 9-11 Agustus 2024. Sudah puluhan tahun, ia bergelut untuk membantu para ibu-ibu penenun tradisional yang berlokasi di beberapa daerah, khususnya Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Meski berkebangsaan Inggris, Ingram memiliki kepedulian tinggi terhadap kain tenun NTT. Ketika pertama kali berkunjung ke NTT puluhan tahun lalu, ia sangat tertarik dengan ibu-ibu penenun. Dia pun kemudian memulai percakapan dan menggali makna budaya di balik kain tradisional yang dibuat tersebut.

Dari berbagai percakapan itu, Ingram bisa memahami, ada metode saintifik dalam kain tradisional yang dibuat para penenun NTT. Karena kondisi ekonomi mereka yang terbatas, ia pun melakukan proses pendampingan hingga membantu pemasaran produk wastra Indonesia hingga mencapai pasar global.

"Ternyata struktur kain yang dibuat di beberapa tempat ada kemiripan dengan rumah adat, saya menjadi sadar bahwa ide tak hanya ditanam di kain, itu ada di alat tenun dan terkait spesies di hutan juga. Semua ilmu saling terkait ada tempatnya. Ini juga terkait tradisi nenek moyang, kami datang dari alam dan kembali ke alam," ucap Ingram dalam diskusi bertema 'Keajaiban Luar Biasa Wastra Indonesia' di Senayan City, Jakarta Pusat, Ahad (11/8/2024).

Menurut Ingram, tantangan yang dihadapi para penenun adalah regenerasi. Hal itu karena proses pembelajaran menenun harus dilakukan secara pendampingan. Seorang ibu harus mengajak anaknya sedari kecil melihat proses menenun agar ilmunya bisa diturunkan.

Adapun tugasnya adalah membantu memasarkan produk kain tersebut ke pembeli. Selain menjual ke luar negeri, Ingram memiliki outlet di Ubud, Bali yang menjual kain hasil tenun buatan ibu-ibu NTT. Karena menggunakan pewarna alami maka harga jualnya menjadi lebih tinggi. Hal itu pula yang membuat para ibu-ibu penenun bisa terus eksis lantaran karyanya ada yang membeli dan mereka mendapat pemasukan.

"Dari estetika dengan pewarna alami, kain bisa dijual harga lebih tinggi. Kain besar kita jual bisa sampai Rp 8 juta hingga Rp 20 juta, karena pasar menyerap jika menggunakan warna alami. Karena ada pasar yang menghargai kreativitas," kata Ingram.

Hanya saja, Ingram menyampaikan keresahannya lantaran proses pemasaran kain tenun NTT tidak bisa terus-terusan diurusnya. Dia memiliki istri yang bukan orang juga orang Indonesia. Sehingga suatu saat akan melepas aktivitas tersebut dan kembali ke negaranya. Dia mengkhawatirkan nasib para penenun jika tidak ada lagi orang yang membantu memasarkan karyanya.

"Untuk kelanjutan ini, orang Indonesia yang akan meneruskan. Istri saya orang Amerika Serikat. Di Indonesia banyak ada barang kopian, tapi tak ada yang meniru kain (NTT) ini, karena tak menghasilkan (banyak) keuntungan, tapi saya menekuni dari hati dan belajar di bidang ini," ujar Ingram.

Senior Fiels Staff of Threads of Life, Jansen Tuan mengatakan, keunikan para penenun di NTT memiliki ciri khas masing-masing. Dia menyebut, kalau orang NTT memakai kain adat maka motif yang dikenakan bisa langsung mencirikan suatu daerah tersebut. "Kita bisa langsung tahu dia dari Flores, Sumba, atau Timor. Ttu tahu dari motif dan struktur kainnya," ucap Jansen.

Dalam kesempatan itu, CEO Sarirasa Group, Benny Hadisurjo memberikan plakat penghargaan kepada Ingram yang ikut melestarikan wastra Indonesia. Hal itu sejalan dengan Sarirasa yang berusaha mempertahankan cita rasa autentik dalam setiap hidangan, dan wastra mempertahankan nilai tradisional dalam setiap helai kain yang ditenun.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement