Senin 12 Aug 2024 17:25 WIB

Miris, Banyak Sarjana Muslim Belum Paham Fikih Shalat dan Haid

Banyak dosen perempuan dan mahasiswi yang shalat tidak mengenakan mukenah

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Arie Lukihardianti
Sarjana Muslim (ilustrasi)
Foto: republika
Sarjana Muslim (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU--Indonesia, sebagai negara mayoritas muslim, memiliki banyak sarjana dan calon sarjana muslim. Namun sayang, banyak pula di antara mereka yang tidak paham tentang syarat dan rukun shalat. Hal itu diungkapkan oleh Ketua Pimpinan Pusat Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (PP Pergunu), Nasrulloh Afandi. Dia mengatakan, fenomena memprihatinkan itu bahkan terlihat di masjid-masjid perguruan tinggi di Indonesia.

‘’Banyak sarjana, mahasiswa, bahkan dosen yang belum paham tata cara shalat yang benar dan sah. Mereka belum paham bagaimana cara ruku, sujud, dan  takbirothul ikhram yang benar, dan berbagai rukun fi’li yang benar dalam shalat,’’ ujar Nasrulloh Afandi yang akrab disapa Gus Nasrul itu kepada Republika, Senin (12/8/2024).

Baca Juga

Gus Nasrul mencontohkan, banyak dosen perempuan dan mahasiswi yang shalat tidak mengenakan mukenah, dan hanya mengenakan pakaian kuliah, baik bercelana atau rok. Namun, pakaian itu menyebabkan sebagian betis dan kaki mereka kelihatan. ‘’Padahal itu aurat bagi perempuan. Otomatis shalatnya jadi tidak sah,’’ ujar alumnus Pondok Pesantren Lirboyo Kediri itu.

‘’Atau ada juga yang bagian atasnya mengenakan baju atau kaos, sehingga saat takbir, mengangkat tangan, pergelangan tangannya kelihatan. Otomatis batal shalatnya. Namun banyak yang tidak menyadari hal itu semua,’’ kata pria yang juga Pengasuh Pesantren Balekambang Jepara itu.

Gus Nasrul memberi contoh lainnya, dimana banyak mahasiswa dan mahasiswi yang saat shalat memakai kaos ketat. Karenanya, saat mereka sujud, kaos atau bajunya tertarik ke atas, sedangkan celananya tertarik ke bawah.

‘’Hal itu mengakibatkan sebagian aurat mereka yang di sekitar pinggang belakangnya jadi terbuka,’’ kata pria yang juga menjadi Pengasuh Pesantren Asy-Syafiiyah Kedungwungu Krangkeng, Kabupaten Indramayu tersebut.

Tak hanya itu, kata Gus Nasrul, banyak juga sarjana muslim, yang sering disebut sebagai kalangan intelektual, namun bacaan Al Fatihah-nya jauh dari standar ilmu tajwid. Padahal, membaca Al Fatihah merupakan salah satu rukun untuk sahnya shalat.

Selain masalah shalat, Gus Nasrul juga menyoroti banyaknya mahasiswi muslim yang tidak paham tentang fikih haid, nifas dan istihadhoh. ‘’Tidak bisa membedakan darah istihadhoh dengan darah haid. Terutama ketika darah haid itu tereputus-putus. Padahal kondisi saat haid dan istihadhoh sangat penting dan erat kaitannya dengan wajib atau tidaknya shalat,’’ cetus pria yang meraih gelar doktor maqashid syariah dari Universitas al-Qurawiyin Maroko itu.

Gus Nasrul mengatakan, fenomena tersebut bukan hanya menjangkiti kalangan akademisi perguruan tinggi non agama. Namun, banyak juga menjangkiti kalangan akademsisi perguruan tinggi Islam. ‘’Innalillahi wa inna ilaihi raji'un, ini adalah sebuah musibah besar bagi bangsa kita,’’ tukas Gus Nasrul.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement