REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Polemik kegagalan Malaysia meraih emas di Olimpiade Paris 2024 hingga kini masih menjadi bahan polemik warganet di media sosial X. Nama gembong teroris Noordin M Top sampai ikut terseret.
'Keributan' bermula saat seorang warganet Malaysia memamerkan foto jalur kedatangan di Bandara Schiphol, Belanda di mana negara jiran itu menjadi salah satu di antara sedikit negara yang bisa memanfaatkan fasilitas autogate. Dalam foto itu, bendera Malaysia berjejer dengan negara-negara yang mendapatkan hak khusus autogate seperti Amerika Serikat, Jepang, Kanada, Singapura, hingga negara-negara Uni Eropa.
"Tanpa medali emas di olimpade terakhir, tapi minimal warga Malaysia bisa menggunakan layanan autogate di Schiphol," ujar seorang warganet dalam unggahannya, Selasa (13/8/2024).
No gold medals at the recent Olympics, but at least Malaysians can use the autogates at Schiphol :) pic.twitter.com/eOXyEpdJzX
— Faizal Hamssin (@faizalhamssin) August 12, 2024
Seperti tersindir, banyak warganet yang diduga adalah akun-akun warga Indonesia merespons unggahan foto autogate Schiphol tadi. Bahkan salah satu akun menyematkan data diri dan foto Noordin M Top dalam responsnya.
"Paspor kami mungkin akan lebih kuat jika saja salah seorang dari Anda tidak memainkan peran utama dalam mengindoktrinasi suatu generasi di Indonesia untuk menjadi pengebom yang mengakibatkan banyak negara berpikir dua kali untuk menerima kami masuk," kata warganet itu.
Warganet di atas mengunggah tangkapan layar profil Noordin M Top dari Wikipedia. Tercatat, Noordin M Top lahir pada 11 Agustus 1968 di Kluang, Johor, Malaysia dan meninggal pada 17 September 2009. Dalam riwayat itu, Noordin M Top disebut sebagai seorang ekstrimis Muslim Malaysia yang adalah teroris paling dicari di Indonesia.
Noordin M Top diyakini sebagai tokoh utama pembuat bom dan penyandang dari untuk Jamaah Islamiyah (JI) dan Jamaah Ansharut Tauhid (JAT), yang kemudian membentuk kelompok yang lebih ekstrem yakni Tanzim Qaedat al-Jihad. FBI menyebut Noordin M Top sebagai 'ahli bahan peledak', dan 'kepala, perekrut, dan pembuat bom dan pelatih di JI'.
Noordin bersama Dr Azhari dikenal sebagai otak di balik aksi terorisme di Makassar pada 2002, pemboman hotel Marrott di Jakarta pada 2003, bom Kedutaan Besar Australia pada 2004, bom Bali pada 2005, hingga ledakan bom di JW Marriott - Ritz-Carlton di Jakarta pada 2009.
Noordin M Top tewas terbunuh pada 17 September 2009 dalam sebuah penyergapan yang dilakukan oleh kepolisian Indonesia di sebuah rumah di Mojosongo, Jebres, Jawa Tengah. Selama persembunyian dan pelariannya di Indonesia, Noordin M Top menikahi beberapa wanita Indonesia dan memiliki beberapa anak dari pernikahan itu.