REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan perubahan iklim global telah membawa berbagai dampak signifikan, termasuk di Indonesia. Ia menyoroti pentingnya BMKG dalam memantau dan mengantisipasi perubahan iklim melalui prediksi yang akurat dan berbasis sains.
Sejalan dengan upaya global untuk mengatasi perubahan iklim, Dwikorita menjelaskan BMKG aktif terlibat dalam program Global Greenhouse Gas Watch (G3W) dan Integrated Global Greenhouse Gas Information System (IG3IS). Kedua program ini bertujuan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca berdasarkan data observasi yang akurat dan terbaru.
Dalam pernyataannya yang dikutip pada Kamis (15/8/2024), Dwikorita mengatakan BMKG membangun menara observasi di Bukit Kototabang dan Jambi untuk memantau gas rumah kaca, yang hasilnya akan dianalisis menggunakan model kimia atmosfer.
Dwikorita juga menyoroti dampak luas dari perubahan iklim yang mencakup meningkatnya frekuensi cuaca ekstrem, kerusakan terumbu karang, dan penurunan produksi pertanian. Dampak-dampak ini tidak hanya mengancam lingkungan, tetapi juga memiliki implikasi besar terhadap stabilitas ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
"BMKG memiliki tanggung jawab besar sesuai tugas dan fungsinya dalam menyusun langkah-langkah mitigasi dan adaptasi yang efektif untuk menghadapi tantangan perubahan iklim," kata Dwikorita dalam Rapat Nasional Prediksi Musim Hujan 2024/2025, Selasa.
Dalam arahannya kepada peserta rapat, Dwikorita mengajak untuk menyiapkan informasi iklim yang berkualitas dengan memperhatikan perkembangan fenomena iklim global, regional, dan lokal. Ia juga mendorong evaluasi akurasi prediksi musim, penerapan teknologi modern, inovasi layanan iklim, serta peningkatan koordinasi dengan berbagai pemangku kepentingan agar informasi yang dihasilkan BMKG dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.
Deputi Bidang Klimatologi, Ardhasena Sopaheluwakan, menambahkan bahwa rapat ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses menghasilkan prediksi musim hujan yang akurat. "Proses ini dimulai dari Kedeputian Klimatologi bekerja sama dengan Stasiun Klimatologi di seluruh Indonesia," kata Ardhasena.