Senin 19 Aug 2024 09:53 WIB

BEM Se-Undip Tuntut Kampus Usut Tuntas Kematian Dokter ARL

BEM se-Undip prihatin dengan kasus kematian ARL yang diduga akibat perundungan.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Qommarria Rostanti
Perwakilan BEM se-Univesitas Diponegoro (Undip) menggelar unjuk rasa menuntut kampus dan aparat berwenang mengusut tuntas kasus kematian Aulia Risma Lestari (ARL), Ahad (18/8/2024). ARL adalah mahasiswi Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Program Studi (Prodi) Anestesia Undip di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr.Kariadi Semarang yang diduga melakukan bunuh diri karena mengalami perundungan dari para seniornya.
Foto: Dok. Istimewa
Perwakilan BEM se-Univesitas Diponegoro (Undip) menggelar unjuk rasa menuntut kampus dan aparat berwenang mengusut tuntas kasus kematian Aulia Risma Lestari (ARL), Ahad (18/8/2024). ARL adalah mahasiswi Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Program Studi (Prodi) Anestesia Undip di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr.Kariadi Semarang yang diduga melakukan bunuh diri karena mengalami perundungan dari para seniornya.

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) se-Universitas Diponegoro (Undip) menggelar aksi unjuk rasa simbolis menuntut kampus mengusut kasus kematian Aulia Risma Lestari (ARL), Ahad (18/8/2024). ARL adalah mahasiswi Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Program Studi (Prodi) Anestesia Undip di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr.Kariadi Semarang yang diduga melakukan bunuh diri karena mengalami perundungan dari para seniornya.

Ketua BEM Undip Farid Darmawan mengungkapkan, aksi simbolis menuntut pihak Undip dan aparat berwenang mengusut tuntas kematian ARL digelar di sela-sela kegiatan Orientasi Diponegoro Muda 2024, yakni rangkaian penutupan penerimaan mahasiswa baru. Dia menambahkan, meski diselenggarakan spontan, ketua BEM dari 11 fakultas dan satu sekolah vokasi Undip, turut berpartisipasi.

Baca Juga

Dalam aksinya, para peserta aksi berbaris membebat mata mereka menggunakan kain hitam sambil menenteng lembaran kertas dengan rangkaian huruf bertuliskan "usut tuntas". Mereka turut membawa foto almarhumah ARL.

Farid mengungkapkan, BEM se-Undip prihatin dengan kasus kematian ARL dan berbelasungkawa atas kematiannya. "Jadi kami menyuarakan melalui aksi simbolik," ujarnya ketika dihubungi.

Dia menjelaskan mengapa dalam unjuk rasa tersebut para peserta membebat mata mereka menggunakan kain hitam. "Di situ juga ada aksi tutup mata untuk mengingatkan bahwasannya kita tidak boleh abai terhadap kasus (ARL) tersebut," kata Farid.

"Dan juga sebagai pengingat kepada pihak yang berwenang, pun pihak Universitas Diponegoro, untuk tidak mengabaikan atau menyepelekan kasus tersebut," tambah Farid.

Oleh sebab itu dia berharap pihak-pihak berwenang mengusut tuntas kematian ARL. "Kalaupun iya ada hal-hal yang sekiranya betul perundungan, itu bisa dituntaskan dan tidak terjadi lagi. Kalaupun memang tidak ada, coba untuk diberikan rasionalisasi yang memang mungkin masuk akal," ucapnya.

Farid sempat ditanya bagaimana respons Undip terhadap unjuk rasa yang digelar seluruh BEM di kampus tersebut. "Sejauh kami aksi tidak ada intervensi atau represifitas;" ujarnya.

ARL ditemukan meninggal di kamar kosnya di daerah Lempongsari, Semarang, Jateng, pada Senin (12/8/2024) malam. Berdasarkan keterangan polisi, ketika jenazahnya dievakuasi, ditemukan obat penenang. ARL diduga menyuntikkan sendiri obat penenang ke tubuhnya.

Selain obat penenang, di kamar tersebut turut ditemukan buku harian atau diari ARL. Dalam buku itu terdapat cerita keluh kesah ARL selama melaksanakan PPDS di RSUP Dr.Kariadi. Selain materi pendidikan, ARL juga mengeluhkan perlakukan para seniornya terhadapnya.

Sementara itu Undip telah membantah kabar bahwa ARL diduga bunuh diri akibat perundungan. Menurut Undip, ARL mengakhiri hidupnya karena menghadapi masalah kesehatan. "Mengenai pemberitaan meninggalnya almarhumah berkaitan dengan dugaan perundungan yang terjadi, dari investigasi internal kami, hal tersebut tidak benar," ungkap Manajer Layanan Terpadu dan Humas Undip Utami Setyowati saat memberikan keterangan pers di Kantor Humas Undip, Kamis (15/8/2024).

Dia menambahkan bahwa selama ini ARL berdedikasi dalam pekerjaannya. "Namun demikian, almarhumah mempunyai problem kesehatan yang dapat mempengaruhi proses belajar yang sedang ditempuh," ujarnya.

Kendati demikian, Utami mengaku tidak bisa mengungkap secara mendetail problem kesehatan apa yang dialami ARL bersangkutan. Alasannya karena konfidensialitas medis dan privasi almarhumah.

"Berdasarkan kondisi kesehatannya, almarhumah sempat mempertimbangkan untuk mengundurkan diri (dari PPDS). Namun karena beliau adalah penerima beasiswa sehingga secara administratif terikat dengan ketentuan penerima beasiswa, sehingga almarhumah mengurungkan niat tersebut," ucap Utami.

Dia mengatakan, Undip terbuka dengan fakta-fakta valid lain di luar investigasi internal mereka. "Kami siap berkoordinasi dengan pihak mana pun untuk menindaklanjuti tujuan pendidikan dengan menerapkan zero bullying di Fakultas Kedokteran (FK) Undip," ujar Utami.

Merespons kasus bunuh diri ARL, Kementerian Kesehatan sudah menghentikan Prodi Anestesia Undip di RSUP Dr.Kariadi. Penghentian dilakukan hingga adanya investigasi dan langkah-langkah yang dapat dipertanggungjawabkan Direksi RSUP Dr.Kariadi dan FK Undip. 

 

 

Kehidupan adalah anugerah berharga dari Allah SWT. Segera ajak bicara kerabat, teman-teman, ustaz/ustazah, pendeta, atau pemuka agama lainnya untuk menenangkan diri jika Anda memiliki gagasan bunuh diri. Konsultasi kesehatan jiwa bisa diakses di hotline 119 extension 8 yang disediakan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Hotline Kesehatan Jiwa Kemenkes juga bisa dihubungi pada 021-500-454. BPJS Kesehatan juga membiayai penuh konsultasi dan perawatan kejiwaan di faskes penyedia layanan
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement