Senin 19 Aug 2024 12:18 WIB

Uni Emirat Arab (UEA) Kirim Bantuan Kemanusiaan ke Sudan

Uni Emirat Arab berkomitmen mendistribusikan bantuan kemanusiaan ke berbagai kawasan.

Dokumentasi kondisi Khortoum Sudan pada 2023.
Foto: AP Photo/ File
Dokumentasi kondisi Khortoum Sudan pada 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Uni Emirat Arab mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Sudan. Bantuan tersebut dimaksudkan untuk meringankan beban hidup masyarakat di sana yang membutuhkan uluran tangan berbagai pihak.

Bantuan tersebut adalah sebagai berikut:

Baca Juga

  1. Total bantuan kemanusiaan UEA untuk rakyat Sudan sepanjang tahun 2014-2024 (sepuluh tahun) mencapai 3,5 miliar USD (sekitar 54.6 triliun rupiah).
  2. Total bantuan kemanusiaan UEA untuk rakyat Sudan sejak meletusnya konflik di tahun 2023 mencapai 230 juta USD (sekitar 3.58 triliun rupiah).
  3. Bantuan ini mencakup 159 penerbangan pesawat untuk penyaluran bantuan kemanusiaan dan 10 ribu ton bantuan gizi, kesehatan dan perlengkapan.
  4. UEA membangun 2 (dua) rumah sakit lapangan di Chad untuk memberikan layanan kesehatan untuk pengungsi Sudan yang tinggal di negara-negara tetangga, yaitu: Amdjarass Field Hospital yang sudah menangani 24.741 pasian dan Abéché Field Hospital yang sudah menangani 21.761 pasien.
  5. UEA telah menyatakan komitmennya dalam Konferensi Internasional tentang Kemanusiaan untuk Sudan dan Negara-negara Sekitar yang diadakan di Paris, April 2024, untuk memberikan tambahan bantuan sebesar 100 juta USD.
  6. UEA mengkhususkan bantuan sebesar 70 juta USD melalui lembaga dan perwakilan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang bekerja di Sudan, dan bantuan sebesar 30 juta USD untuk negara-negara yang bertetangga dengan Sudan, dengan rincian:

    • UNHCR: 20 juta USD

    • WFP: 25 juta USD

    • UNICEF: 7 juta USD

    • FAO: 5 juta USD

    • OCHA: 5 juta USD

    • PBB: 8 juta USD

Sebelumnya, WHO terkejut dengan meningkatnya serangan terhadap layanan kesehatan di Sudan, dengan 22 serangan semacam itu terverifikasi dalam 8 minggu terakhir saja. Serangan terhadap layanan kesehatan sangat menyedihkan dan merupakan pelanggaran hukum humaniter internasional. Akses terhadap layanan kesehatan sudah sangat dibatasi di Sudan karena perang yang telah berkecamuk selama lebih dari setahun.

Sejak perang meletus pada April 2023, WHO telah memverifikasi 88 serangan terhadap layanan kesehatan – termasuk terhadap fasilitas kesehatan, ambulans dan transportasi, aset, pasien, dan tenaga kesehatan – yang mengakibatkan 55 kematian dan 104 cedera. Di antara serangan tersebut, 22 serangan terhadap layanan kesehatan yang diverifikasi sejak 1 Juni 2024 mengakibatkan kematian 16 tenaga kesehatan dan pasien, termasuk anak-anak, serta cedera pada 56 orang.

Rumah sakit, fasilitas kesehatan, ambulans, dan aset kesehatan lainnya merupakan penyelamat bagi rakyat Sudan, yang harus menanggung pertempuran tanpa henti dan pengungsian yang sering terjadi akibat perang yang sedang berlangsung. Para pekerja kesehatan Sudan terus memberikan perawatan yang menyelamatkan nyawa – bekerja dalam kondisi yang sangat sulit – didorong oleh komitmen mereka untuk melayani jutaan orang yang membutuhkan perawatan mendesak. Namun, kegigihan dan dedikasi mereka dihargai dengan pemboman, pelecehan, intimidasi, cedera, dan kematian.

Petugas kesehatan tidak boleh mengambil risiko kehilangan nyawa atau anggota tubuh saat mereka berusaha menyelamatkan orang lain. Pasien tidak boleh mengambil risiko kematian saat mencari perawatan medis.

Sistem kesehatan Sudan sudah berada di ujung tanduk. Sistem ini telah hancur akibat dampak perang, pengungsian, wabah penyakit, kekurangan pasokan medis, dan kekurangan uang tunai untuk menjalankan operasi dan membayar gaji. Sistem kesehatan tetap berfungsi melalui dukungan mitra kesehatan dan dedikasi para pekerja kesehatan yang mempertaruhkan nyawa mereka setiap hari untuk membantu orang lain.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement