Bagi masyarakat awam, istilah aggregator atau fintech aggregator mungkin masih terdengar asing di telinga. Padahal, istilah tersebut amat penting agar bisa mendapatkan produk keuangan yang terbaik dan paling sesuai dengan kebutuhan.
Sebagai contoh, dengan menggunakan layanan tersebut, kamu bisa mencari produk finansial, seperti kredit bank, deposito, asuransi, dan lain sebagainya secara lebih praktis dan mudah. Melalui layanan aggregator ini, penggunanya mampu mendapatkan informasi detail terkait perbandingan layanan, termasuk kelebihan dan kekurangan dari produk keuangan yang ditawarkan suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Dengan begitu, kamu pun jadi lebih berpeluang untuk mendapatkan layanan keuangan yang tepat untuk memenuhi segala kebutuhan dan keinginan.
Tentunya, agar lebih mampu menggunakan layanan tersebut dengan optimal, kamu harus lebih dulu memahami tentang apa itu fintech aggregator, jenis, dan juga beragam manfaat yang bisa diberikan. Untuk mengetahuinya lebih lanjut, simak penjelasan lengkap tentang fintech aggregator berikut ini.
Baca juga: Fintech Syariah: Jenis Akad dan Daftar Fintech Syariah Berizin OJK
Apa Itu Fintech Aggregator?
Fintech Aggregator
Seperti yang sempat dibahas sedikit sebelumnya, yang dimaksud dengan fintech aggregator adalah layanan dari perusahaan fintech yang memungkinkan penggunanya dalam mendapatkan informasi seputar produk keuangan. Cara kerja dari layanan tersebut sebenarnya cukup simpel, yaitu menyaring beragam produk secara online dan digital.
Jika diibaratkan, layanan dari fintech aggregator tersebut mirip dengan layanan supermarket yang selama ini dikenal oleh masyarakat. Melalui layanan tersebut, pengguna bisa membandingkan suatu produk keuangan dengan produk keuangan lainnya dari perusahaan yang berbeda. Aktivitas perbandingan tersebut dilakukan melalui internet secara digital sehingga terasa lebih praktis.
Sebagai layanan yang bergerak di bidang jasa keuangan, sudah pasti jika aktivitas layanan aggregator ini diawasi secara ketat oleh Otoritas Jasa Keuangan atau OJK. Mengacu pada data dari OJK, terdapat setidaknya 36 layanan fintech aggregator yang aktif beroperasi di Indonesia. Beberapa contoh perusahaan layanan tersebut, antara lain Cermati, Lifepal, Cekaja, dan lain sebagainya.
Cara Kerja Fintech Aggregator Beserta Contohnya
Sebenarnya, cara kerja dari fintech aggregator ini terbilang cukup mudah untuk dipahami. Biasanya, layanan tersebut bisa langsung dirasakan manfaatnya saat mencari sebuah produk keuangan melalui mesin pencarian online di internet.
Misalnya, kamu mencari layanan pinjaman online di internet dengan kata kunci yang ditulis pada mesin pencarian adalah “pinjaman online terbaik”. Biasanya, di antara situs yang ditemukan oleh mesin pencarian tersebut, akan ada beberapa situs yang merupakan layanan fintech aggregator ini.
Saat membukanya, kamu akan melihat beberapa pilihan produk atau layanan pinjaman online beserta informasi penting mengenainya. Beberapa informasi yang diberikan oleh layanan tersebut, antara lain nama penyedia, tingkat bunga, limit kredit, dan variasi tenor pinjaman online yang bisa dipilih. Karena langsung mendapatkan sejumlah pilihan tersebut, pengguna jadi lebih mudah dalam menentukan layanan pinjaman online mana yang pas untuk dipilih sesuai kebutuhan dan kondisi keuangan.
Manfaat Fintech Aggregator
Manfaat Fintech Aggregator
Bagi penggunanya, tersedianya layanan fintech aggregator tentu bisa memberi banyak manfaat. Salah satunya adalah kemudahan dalam mendapatkan informasi terkait produk keuangan yang dibutuhkannya. Dengan lebih hemat waktu dan tenaga, pengguna layanan ini bisa membandingkan beragam layanan dan mengetahui kelebihan serta kekurangannya masing-masing.
Dengan kata lain, pengguna tak lagi harus memeriksa produk keuangan yang dicarinya satu per satu dari suatu situs perusahaan ke yang lainnya. Melainkan, cukup dengan memanfaatkan situs aggregator ini, pengguna bisa langsung mendapatkan berbagai informasi penting yang perlu dipertimbangkan untuk memilih layanan keuangan yang terbaik dan paling pas dengan kebutuhan.
Di beragam situs yang menyediakan layanan ini, pengguna biasanya juga akan diminta melakukan pendaftaran atau registrasi dengan mengisi nama serta nomor telepon ketika mencari produk finansial tertentu. Hal ini ditujukan agar pengguna dapat dengan mudah dihubungi oleh pihak telemarketing layanan fintech aggregator terkait berbagai produk yang pernah dicarinya.
Tidak hanya itu saja, adanya layanan fintech aggregator mampu membantu pula merekatkan sejumlah aspek pada ekosistem digital agar mampu saling bekerja sama dan bersinergi dengan ekosistem yang konvensional. Sebagai contoh, kerja sama tersebut bisa saling terjalin antara setiap pelaku pada sektor keuangan atau lain sebagainya.
Peluang dan Risiko pada Bisnis Fintech Aggregator
Melihat dari berbagai tugasnya pada bidang fintech, tak dapat dipungkiri bahwa jenis layanan fintech ini mempunyai peluang cukup besar di dunia bisnis, khususnya bagi pengusaha UKM. Karena ada banyak jumlah UKM di Indonesia, intensitas penggunaan layanan ini tentu kemungkinan akan menjadi sangat tinggi agar para pengusaha UKM tersebut bisa mendapatkan layanan pinjaman yang paling optimal.
Kendati demikian, layanan aggregator ini juga mempunyai risiko yang perlu diperhatikan. Misalnya, kurangnya literasi masyarakat yang bisa saja membuat layanan ini malah terlihat rumit hingga membuat penggunanya enggan mengakses layanan keuangan digital. Karena itu, diperlukan inovasi tertentu dari pihak pelaku fintech aggregator ini agar risiko tersebut bisa diatasi, seperti membuat tampilan informasi mudah dimengerti atau semacamnya.
Aturan OJK Terkait Layanan Fintech Aggregator
Aturan OJK Tentang Aggregator
Layanan fintech aggregator pada dasarnya masih berhubungan erat dengan industri jasa keuangan. Karena itu, layanan tersebut mendapatkan pengawasan dan pengendalian yang cukup ketat dari OJK atau Otoritas Jasa Keuangan.
Seperti yang telah diketahui oleh masyarakat, OJK adalah lembaga yang bertugas untuk menjadi payung dari segala aktivitas keuangan yang ada di Indonesia. Selain itu, lembaga tersebut juga bertugas untuk menyusun regulasi terkait layanan fintech yang terjun ke model bisnis bidang aggregator ini.
Pertimbangan untuk mengatur regulasi tersebut muncul pasca aggregator menjadi salah satu model bisnis yang paling banyak dipilih para pelaku inovasi di industri fintech dan termasuk pada regulatory sandbox. Berdasarkan hasil dari regulatory sandbox yang dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan, baik itu pada batch 1 ataupun batch 2, tercatat ada 15 inovator financial technology yang memilih jenis model bisnis aggregator ini.
Tentunya, dengan makin banyak pelaku inovasi fintech yang terjun ke bisnis aggregator tersebut, aturan terkait model bisnis ini sudah seharusnya dirancang dengan matang. Terlebih, model bisnis tersebut mempunyai beberapa kemiripan dengan jenis model bisnis yang lainnya, seperti keagenan dan sebagainya.
Apabila tidak ada aturan atau regulasi yang menjadi acuan pada model bisnis tersebut, dikhawatirkan akan muncul para pemain yang nakal dan memanfaatkan celah untuk menyeberang pada model bisnis keuangan yang lainnya. Sebagai contohnya adalah layanan keagenan ataupun memberi layanan tambahan berupa penilaian konsumen mengenai credit score atau lain sebagainya.
Baca juga: Perkembangan Fintech di RI dan Hari Fintech Nasional 11.11
Praktis Menyaring Produk Keuangan Sesuai Kebutuhan dengan Fintech Aggregator
Pada dasarnya, fintech aggregator adalah layanan yang bermanfaat untuk memudahkan pengguna dalam mencari produk keuangan yang paling sesuai dengan kebutuhan. Pasalnya, melalui layanan tersebut, kamu bisa mendapatkan informasi penting terkait pilihan produk keuangan yang dicari, seperti harga hingga kualitasnya. Karena itu, banyak pihak menganggap bahwa peluang bisnis ini di masa mendatang cukup menjanjikan dan akan terus berkembang seiring berjalannya waktu.